JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa harapan besar warga kepada pemimpin Ibu Kota dapat menjadi bumerang bagi Basuki maupun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ketika keduanya gagal mengemban amanah, dukungan warga dapat berbalik menjadi hal lain yang dapat menjatuhkan mereka.
Basuki menyadari bahwa kini media massa memberikan sorotan besar kepada kinerja Jokowi dan Basuki. Sebagian besar pemilih Jokowi-Basuki pada pemilihan kepala daerah tahun lalu berasal dari kalangan kelas menengah atau kaum urban. Mereka menggantungkan harapan kepada pemimpin baru tersebut.
"Artinya kalau program kami tidak terwujud, kelas menengah, yang awalnya mengagung-agungkan Pak Jokowi dan saya, bisa berbalik dan melawan kami secara politis," kata Basuki dalam sebuah diskusi di Balai Kartini, Kamis (5/12/2013).
Basuki mengatakan, peran hubungan masyarakat (humas) atau Dinas Komunikasi dan Informatika Masyarakat (Diskominfomas) sangat dibutuhkan untuk memberikan penjelasan secara gamblang kepada warga. Para pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Diskominfomas DKI harus dapat menyelesaikan tantangan agar kelas menengah atau para pemilih tidak sampai berbalik melawan kebijakan Jokowi-Basuki.
Menurut Basuki, Jokowi telah memberi sebuah pesan kepada pegawai humas. Pesan itu adalah para humas tidak perlu menciptakan sesuatu agar Jokowi-Basuki dapat terpilih kembali di pilkada selanjutnya. Staf humas hanya perlu menyampaikan kepada warga bahwa kebijakan yang dikerjakan adalah sebuah fakta dan bukan pencitraan semata. Apabila memang para pemilih itu tidak menyukai kebijakan-kebijakan Pemprov DKI kini, Basuki akan ikhlas tidak dipilih kembali.
"Ketika humas hanya berpikir mempertahankan posisi kami, ya akan rusak pula fungsi kehumasan itu," kata pria yang akrab disapa Ahok tersebut.
Salah satu transparansi birokrasi yang telah dilakukan Jokowi-Basuki melalui Diskominfomas adalah mengunggah video kegiatan Gubernur dan Wagub ke internet. Tidak semua video kegiatan itu dipublikasikan karena Basuki menyeleksi video mana yang layak untuk disampaikan ke publik dan yang berpotensi merugikan kepentingan pihak lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.