Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manajemen Ragunan Amburadul

Kompas.com - 06/12/2013, 07:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Manajemen Taman Margasatwa Ragunan amburadul. Sekurangnya 22 satwa koleksi Taman Margasatwa Ragunan mati sepanjang tahun 2013. Kematian itu diduga dipicu buruknya pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan seperti terungkap dalam pemeriksaan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta Juli lalu.

"Kami ini sifatnya audit internal, mencegah agar tidak terjadi salah pengelolaan. Seharusnya, pengelola segera memperbaiki manajemennya sesuai rekomendasi kami," kata Kepala Inspektorat Provinsi DKI Jakarta Franky Mangatas, Kamis (5/12/2013), di Jakarta.

Dalam pemeriksaan itu, kata Franky, tim Bidang Ekonomi Inspektorat menemukan sejumlah fakta, seperti sistem pengendalian internal terkait pemeriksaan dan pendistribusian pakan satwa lemah. Jaringan distribusi pakan tidak didukung hasil pemeriksaan laboratorium secara berkala sehingga memengaruhi kualitas pakan.

Distribusi pakan satwa tidak tercatat serta tidak ada laporan rinci mengenai kualitas pakan dan volume pakan yang telah diberikan. Kepala Unit Taman Margasatwa Ragunan (TMR) tidak menunjuk pejabat khusus untuk menangani distribusi pakan. Hal ini tidak sesuai dengan standar operasional prosedur perawatan satwa di sana.

Petugas Inspektorat menduga, sejumlah temuan itu menjadi salah satu penyebab daya tahan satwa menurun dan berujung kematian. Hingga awal Desember, beberapa jenis satwa mati, antara lain 15 walabi akibat serangan anjing liar, 2 kuda nil akibat penyakit dan dugaan serangan predator, 1 orangutan kalimantan karena kecelakaan, kerbau albino, jerapah, dan singa afrika yang diduga mati karena usia.

Implikasi hukum

Dalam pemeriksaan itu, Inspektorat merekomendasi, antara lain, pengelola TMR, meningkatkan sistem pengendalian distribusi pakan satwa, meningkatkan kebersihan lingkungan di area TMR, optimalisasi tempat penyimpanan pakan, dan meminta pengelola agar mengintensifkan petugas perawatan satwa.

Rekomendasi itu, kata Franky, diharapkan segera dilakukan. "Jika tidak, akan berujung pada audit terbuka yang berimplikasi pada proses hukum," katanya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membenarkan dirinya telah menerima surat jawaban dari TMR atas kondisi dan penyebab kematian satwa. "Sudah saya pelajari jawaban mereka. Memang benar ada hewan yang mati karena kecelakaan terjerat mainannya, ada yang mati karena lintah. Mereka bilang sudah ada otopsi juga," katanya.

Basuki mengatakan, Pemprov DKI Jakarta akan membentuk tim untuk menyelidiki fakta-fakta di lapangan. Tim juga bertugas mencari persoalan sebenarnya yang dihadapi TMR. Jika ditemukan ada penyimpangan, Basuki menjamin akan ada tindakan tegas. Basuki menyatakan, audit tetap dilakukan terhadap TMR.

Bambang Wahyudi dari Humas TMR membenarkan sejumlah satwa koleksi mati sepanjang tahun ini. "Sebab, kematian natural karena usia tua dan kecelakaan," ujarnya.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kematian satwa juga terjadi. Salah satunya adalah matinya satu dari empat gorila termuda penghuni Pusat Primata Schmutzer di TMR. "Itu masalah hierarki, naluri hewan terkait penguasaan wilayah. Kejadiannya mendadak sekali. Setelah kejadian itu, kami pisahkan gorila yang besar-besar agar tidak berkelahi lagi," kata Bambang.

Terkait temuan Inspektorat DKI Jakarta, Bambang enggan menanggapi. Menurut dia, itu di luar wewenangnya. Hal senada juga ditegaskannya ketika ditanya tentang maraknya pedagang yang menggelar lapak di dekat kandang satwa.

Banyak pedagang dan pengunjung bebas membawa makanan hingga ke pagar kandang. Di depan kandang orangutan, misalnya, sejumlah pengunjung melemparkan makanan kepada dua orangutan yang sedang beristirahat.

Tidak ada petugas yang mengawasi dan melarang pengunjung memberikan makanan jadi kepada satwa. "Tidak ada makanan, kok, kami tidak boleh memberi pakan," kata seorang pengunjung. (FRO/NDY/NEL/JOS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com