Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Bulan Pertama, Uji Coba Bus Tingkat Wisata Tanpa Tiket

Kompas.com - 16/01/2014, 16:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman mengatakan, masyarakat dan turis dapat menggunakan bus tingkat wisata tanpa menggunakan tiket. Meskipun gratis, tetap ada pengelolaan tiket. Tiket dapat diperoleh di pusat perbelanjaan ataupun hotel.

"Evaluasi tiga bulan pertama tanpa tiket, belum pakai tiket gratis," kata Arie di Balaikota Jakarta, Kamis (16/1/2014).

Siang tadi, bus tingkat wisata itu telah resmi dikenalkan kepada publik di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Adapun uji coba pengoperasiannya akan dilaksanakan pada akhir pekan ini. Untuk beroperasi secara utuh, Arie menargetkan bahwa hal itu dapat terealisasi pada akhir Januari.

Kini lima bus tingkat wisata itu ditempatkan di pul Cawang. Untuk memulai perjalanan, semua bus tingkat wisata akan parkir di silang barat daya Monas. Pada pukul 09.00 WIB, kelima bus tingkat wisata itu akan mengelilingi Jakarta. Waktu tempuh tiap bus berjarak 30 menit.

Bus-bus wisata itu akan menempuh dua rute. Rute pertama melewati Bundaran HI-Medan Merdeka Barat-Harmoni-Juanda-Gedung Kesenian Jakarta-Gereja Katedral-Masjid Istiqlal-Juanda-Medan Merdeka Utara-Istana Negara-Balaikota-MH Thamrin-Bundaran HI. Ada pula rute melalui Bundaran HI-Sudirman-Semanggi-Gatot Subroto-Hotel Sultan-JCC-TVRI-Hotel Mulia-Senayan (Plaza Senayan dan Senayan City)-Patung Pemuda-Sudirman-Semanggi-Bundaran HI. Sepanjang rute tersebut, akan ada 10 titik pemberhentian. Di setiap halte tersebut, bus akan berhenti selama satu menit.

Bus tingkat yang didominasi warna ungu dan hijau muda tersebut memiliki panjang 13,5 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 4,2 meter. Double decker tersebut diberi tulisan "Wisata Keliling Ibukota!" dan "City Tour Jakarta". Huruf "R" dan "J" dalam kata-kata "City Tour Jakarta" dibuat menyambung jadi satu. Adapun di bagian belakang terdapat slogan "Enjoy Jakarta". Tak hanya itu, bus double decker itu juga memiliki gambar-gambar Monas, Ondel-ondel, Patung Pancoran, Patung Selamat Datang, dan lain-lain.

Warna ungu dan hijau muda sengaja dipilih agar bus memiliki ciri khas sendiri dibanding bus sedang lainnya. Warna merah, misalnya, menjadi ciri khas warna bus transjakarta, metromini berwarna oranye, dan bus kopaja berkelir hijau.

Setiap bus tingkat wisata berkapasitas 60 tempat duduk, dan dua di antaranya diperuntukkan bagi penyandang difabel. Lantai dan pintu sengaja dibuat pendek dan berada di sebelah kiri agar ramah untuk kaum difabel dan orang tua. Spesifikasi lain yang membuat bus ini ramah kaum difabel adalah melintas di jalur lambat, bukan busway.

Double decker Jakarta berbeda dari bus tingkat di London, Inggris. Atap paling atasnya dibuat tertutup sebab iklim Jakarta berbeda dari London. Di samping itu, faktor kesehatan menjadi unsur penting dalam pertimbangannya. Bus disertai pemandu atau pramuwisata. Beberapa fasilitas dimiliki double decker, seperti pendingin udara, pengeras suara, dan CCTV. Tiap bus akan memiliki tiga awak, yakni pengemudi, pramuwisata, dan petugas keamanan.

"Dengan adanya bus ini, Jakarta punya daya tarik yang berbeda. Mudah-mudahan Jakarta semakin menarik dan dikunjungi wisatawan," kata Arie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com