Edi Rusbandi (67), pemilik warung itu, mengaku sudah sejak 1976 membuka warung di situ, di mulut perumahan tersebut, di dekat Kali Mampang, yang mengalir bersebelahan dengan kompleks itu. Warungnya dikenal dengan nama Warung Atun.
"Itu nama salah satu anak saya dari istri pertama saya. Saya punya empat anak, semua sekarang di kampung (Tegal). Mereka sudah kerja, sudah punya rumah sendiri. Istri pertama saya sudah meninggal. Saya menikah lagi, dengan istri saya yang sekarang, awal 2000-an. Dari istri yang sekarang, saya enggak punya anak," cerita Edi ketika diwawancara oleh Kompas.com di warungnya.
Warung Atun ditunggui oleh Edi dan istrinya, yang sedang tidur di atas bangku kayu di dalam warung itu ketika Kompas.com mewawancara Edi. Seperti banyak warung lain sejenisnya di Jakarta, warung tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, dari rokok, mi instan, camilan, dan air mineral, hingga sabun, shampo, dan pasta gigi. Edi mengaku memasang harga lebih murah untuk bahan-bahan dagangannya daripada harga di minimarket yang tumbuh subur di Jakarta. "Istilahnya, saya enggak terlalu cari untung lah," ucapnya lagi.
Warung Atun merupakan usahanya yang bertahan sampai sekarang. "Saya pernah juga buka warung Tegal, tapi sekarang enggak lagi, sudah tua, capek," ucap Edi lagi, yang kini berjualan di warung itu bergantian dengan salah seorang kerabatnya empat bulan sekali.
Ketika air Kali Mampang meluap karena hujan terus menerus dari Selasa (28/1/2014) malam hingga Rabu (29/1/2014) dini hari, Warung Atun ikut kebanjiran, sebagaimana Kompleks Polri Pondok Karya. Ketika itu Edi dan istrinya sedang menjaga warung yang memang buka 24 jam sehari itu.
"Air mulai naik cepat kira-kira jam dua-jam tiga tadi (pukul 02.00-03.00 WIB)," cerita Edi, yang ketika itu sedang menunggui warungnya bersama istrinya.
Tinggi air yang menggenangi warung tersebut kira-kira 50 cm. Segera, Edi dan istrinya memindahkan barang-barang jualan mereka ke bagian yang lebih tinggi dalam warung itu.
Edi mengaku dirinya dan istrinya tidak panik menghadapi banjir. "Dari dulu di sini memang daerah banjir," kata Edi.
Menurut Edi, banjir yang kali ini melanda perumahan tersebut bukan banjir terbesar. "Banjir 2007 lebih besar. Banyak barang jualan saya hanyut. Tadinya, di depan situ saya taruh meja untuk barang-barang jualan, tapi semua hanyut waktu 2007. Makanya, habis itu saya bikin dari semen (tempat meletakkan barang-barang jualan seperti krat minuman dalam kemasan botol)," kisahnya sambil menunjuk ke "meja" semen dimaksud.
Meski kebanjiran, Warung Atun tetap buka 24 jam. "Memang buka 24 jam, banjir atau enggak," terangnya. "Sekalian membantu warga sekitar lah. Kasihan kan kalau lagi banjir kayak gini, mereka mau belanja kebutuhan sehari-hari, harus ke Indomaret, kan agak jauh kalau jalan kaki dari sini," sambungnya sembari melayani seorang penghuni kompleks tersebut yang membeli obat herbal anti masuk angin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.