Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan ATPM soal Kerusakan Komponen Transjakarta Baru

Kompas.com - 10/02/2014, 19:58 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — PT San Abadi selaku agen tunggal pemegang merek (ATPM) penyedia bus transjakarta bermerek Ankai menepis kabar yang menyebutkan kalau komponen yang digunakan dalam bus-bus baru tersebut merupakan suku cadang bekas. Direktur PT San Abadi Indra Krisna mengatakan, berkaratnya beberapa komponen transjakarta disebabkan cuaca yang buruk saat pengapalan.

Pengiriman bus tersebut dilaksanakan selama dua kali. Pengiriman pertama pada pertengahan November sebanyak 29 unit dan berlangsung lancar. Adapun pengiriman kedua terkendala cuaca berkabut serta gelombang tinggi sehingga jadwal pemberangkatan dimundurkan.

Bus seharusnya dikirim pada 20 November dari Pelabuhan Shanghai dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember. Namun, bus itu diberangkatkan pada 29 November dan tiba di Jakarta pada 2 Januari 2014. Pengiriman yang dijadwalkan selesai selama 14 hari itu mundur menjadi 6 minggu.

"Barang apa pun kalau kondisi 6 minggu berada di sekitar laut, pelabuhan, atau di laut dengan kondisi angin laut, akan berdampak negatif. Maka, yang terjadi adalah beberapa minor komponen mengalami karat," kata Indra di Balaikota Jakarta, Senin (10/2/2014).

Ia menjelaskan, untuk menjaga kualitas barang, biasanya ATPM memberikan wax atau lilin sebagai pemoles bus. Namun, hanya badan bus itu saja yang dipoles menggunakan lilin. Hal itu juga sebagai upaya untuk mencegah bus menjadi berkarat. Adapun bagian interior atau mesin tidak bisa menggunakan wax karena justru akan membahayakan mesin apabila terkena panas.

Indra memastikan kerusakan hanya berada pada komponen kecil (minor), tidak sampai ke mesin. Menurut dia, tidak masuk akal apabila kemudian ATPM merekondisi atau mengubah komponen bus yang ada jika kerusakan hanya pada komponen minor saja.

"Akan tetapi, biar bagaimanapun juga, ini sudah terjadi. Jadi, apa pun yang terjadi, kita dari pihak APTM akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi," kata Indra.

Di samping itu, ia juga menampik kalau bus-bus yang datang itu berisi komponen bekas. Di dalam komponen itu ada key number atau nomor mesin produksi. Masyarakat dapat mengetahui bus itu diproduksi tahun berapa. Ada konsultan dari China yang melakukan pemeriksaan akhirdi sana. Apabila kondisi barang sesuai dengan spesifikasi yang ada, baru dikirim ke negara pemesan.

Menurut Indra, bus kota dengan spesifikasi high floor deck atau lantai tinggi hanya ada dua di dunia, yakni Bogota dan Jakarta. Oleh sebab itu, tidak mungkin bus itu menggunakan onderdil bekas karena bus itu ada ketika telah dipesan.

Salim dari bagian Layanan Purna Jual PT San Abadi mengatakan, uap laut dan proses oksidasi menyebabkan beberapa komponen bus transjakarta menjadi berkarat. Sementara itu, kemungkinan terburuk pada besi ataupun aluminium adalah tumbuhnya jamur. Namun, ia memastikan, setelah melakukan berbagai koreksi, tidak ada yang rusak sedikit pun pada bagian mesin.

"Kotoran apa pun bisa saja nempel dan mencucinya juga harus pakai solar. Ini karena kalau kena oksidasi lama, ya jadinya berkarat, satu bulan lebih di laut," kata Salim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Megapolitan
Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Megapolitan
Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Megapolitan
4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

Megapolitan
Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Megapolitan
KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

Megapolitan
Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Megapolitan
Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Megapolitan
Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di 'Pabrik Narkoba' Bogor

Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di "Pabrik Narkoba" Bogor

Megapolitan
Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Megapolitan
Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com