Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Warga Tak Butuh Isu Jokowi Disadap..."

Kompas.com - 21/02/2014, 12:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagyo, menilai, isu penyadapan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kontraproduktif bagi warga Jakarta. Sebab, warga hanya butuh tidak banjir, bebas macet, aman, dan nyaman.

"Warga Jakarta tidak butuh isu soal sadap-menyadap. Yang paling penting itu sampai cepat ke kantor tanpa macet, naik angkutan umum aman dan nyaman, dan rumah-rumahnya tak banjir seperti yang dulu sampai sekarang ini terjadi," kata Agus kepada Kompas.com pada Jumat (21/2/2014) pagi.

Dari sisi politik, Agus mengakui isu tersebut wajar terjadi. Terlebih lagi, pemilihan presiden kian dekat, dengan Jokowi disebut-sebut sebagai salah satu kandidat capres terkuat. Namun, di tengah kondisi Jakarta dengan segala persoalan, isu itu tak tepat jadi konsumsi publik.

"Kan jadi beralih perhatian publik. Tadinya lagi mikirin bagaimana bus transjakarta dan BKTB jadi bagus, tadinya lagi bahas soal monorel mangkrak, eh ada isu ini. Permainan apa lagi ini?" ujarnya.

Entah dari siapa isu tersebut muncul, Agus minta Jokowi tetap fokus menyelesaikan persoalan menumpuk yang terjadi di Ibu Kota. Jika benar Jokowi menjadi salah satu kontestan pilpres, soal bagaimana Jokowi mengelola isu itu dengan baik, kata Agus, bisa menjadi nilai positif bagi masyarakat yang bakal memilihnya.

"Ya, kita lihat saja. Pak Jokowi bisa atau tidak mengelola isu ini secara baik dan membuktikan kinerjanya kepada publik," ujarnya.

Isu bahwa Jokowi disadap pertama kali disampaikan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo. Menurutnya, tiga alat penyadap ditemukan di rumah dinas Jokowi, Jalan Taman Surapati 7, Menteng, Jakarta Pusat, Desember 2013 lalu. Ketiganya alat itu ditemukan di kamar tidur, ruang tamu, dan ruang makan.

Jokowi enggan mempersoalkan penemuan alat sadap itu kepada kepolisian. Jokowi memastikan pihak yang menyadapnya toh bakal kecewa lantaran tak ada perbincangan serius di rumahnya.

"Yang nyadap juga pasti kecewa. Ini kok omongannya gini-gini aja ya," ujar Jokowi di kantor Balaikota, Jakarta, pada Kamis lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unggah Foto Gelas Starbuck Tutupi Kabah saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbuck Tutupi Kabah saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com