Oleh:

JAKARTA, KOMPAS.com- Pemandangan di pusat kota Jakarta barangkali bukan sesuatu yang istimewa bagi warga Jakarta ataupun pekerja komuter. Namun, bagaimana jika melihat Jakarta bersama Mpok Siti, si bus tingkat yang berjalan perlahan melintasi Bundaran HI-Juanda-Jalan Pos-Jalan Veteran-Balai Kota-hingga Jalan MH Thamrin?

Di atas bus tingkat ini, pandangan mata bisa lebih tinggi dibandingkan jika kita mengendarai kendaraan pribadi atau bus lain. Dengan laju yang dibatasi sekitar 20 kilometer per jam, penumpang diajak menikmati detail kota.

Jika berminat naik bus ini, tunggulah di halte-halte khusus bertanda City Tour. Ada sembilan halte pemberhentian bus berwarna kuning-ungu ini.

Di sekitar lokasi halte pemberhentian bus Mpok Siti ini ada sejumlah tempat yang menarik dikunjungi sebagai obyek wisata.

Di Halte Balai Kota, keberadaan kantor gubernur DKI Jakarta merupakan salah satu daya tarik. Gedung aslinya dibangun pada abad ke-19. Awalnya, gedung ini dijadikan rumah wali kota sekaligus kantor pemerintahan. Setelah disediakan rumah dinas gubernur DKI, bangunan bercat putih di Jalan Medan Merdeka Selatan itu dijadikan kantor gubernur DKI dan jajarannya.

Selepas dari Balai Kota, bus melaju ke Jalan MH Thamrin. Patung sosok MH Thamrin terpasang menghadap patung Arjuna Wijaya. Thamrin yang merupakan anggota Dewan Kota Batavia (Gemeenteraad) dan dilanjutkan sebagai Dewan Rakyat (Volksraad) menggagas perbaikan sanitasi dan saluran air di Jakarta.

Di Jalan MH Thamrin, berdiri gedung Sarinah, sebuah pusat perbelanjaan modern pertama yang ada di Jakarta, sekaligus gedung tinggi pertama yang dibangun di Jakarta.

Kini, sejumlah pusat perbelanjaan lain muncul di sekitar Sarinah. Sebut saja Plaza Indonesia, Grand Indonesia, EX, dan Thamrin City.

Jika tertarik dengan benda-benda bersejarah, berhentilah di halte Museum Nasional. Museum yang kerap menjadi tujuan turis mancanegara itu memiliki ratusan koleksi, mulai dari prasasti, koleksi kain, hingga benda-benda yang digunakan dalam tradisi suku-suku di Indonesia.

Sukri, staf publikasi museum, menyarankan, jika tidak punya waktu banyak untuk berkeliling museum, paling tidak ada dua hal yang bisa disiasati.

Pertama, datangi koleksi museum yang terkait dengan asal usul suku kita untuk mengetahui sejarah dan jati diri kita.

”Misalnya, kita suku Sunda, datangilah koleksi terkait suku Sunda atau koleksi dari tanah Jawa Barat. Dengan begitu, kita bisa mempelajari bagaimana suku kita menjadi bagian bermakna dari terbentuknya Nusantara dan kebudayaan Indonesia,” tuturnya.

Kedua, abadikanlah tiga koleksi Museum Nasional yang menjadi ciri khas, yakni patung Gajah di halaman museum, arca Nandi, dan arca Bayrawa.

Untuk menikmati koleksi museum, harga karcis tanda masuk sangat terjangkau, yakni
Rp 5.000 untuk orang dewasa, Rp 2.000 untuk anak-anak, dan Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara.

Jika perut lapar, pilihan untuk turun di Halte Juanda ANZ menjadi pilihan menarik. Sebab, lokasi halte ini dekat dengan kawasan Pecenongan yang masyhur sebagai salah satu pusat kuliner. Beberapa menu yang bisa diburu di daerah ini adalah bubur dan nasi uduk.