"Sejak akhir tahun lalu, sejak keputusan jumlah peserta kampung deret keluar, saya memang sudah mengundurkan diri. Buat apa saya ada kalau hasilnya seperti itu?" kata sang mantan ketua RT ini, di rumahnya, Rabu (19/3/2014).
Pada mulanya, kata dia, memang dirinya diminta oleh kelurahan untuk mendata warga yang akan dikutsertakan kampung deret. Ada sekitar 40 KK yang ia ajukan, tapi yang diterima hanya 12 KK. Padahal menurutnya, ada yang rumahnya bocor di mana-mana justru tak dapat. Ada yang rumahnya baru direnovasi, malah dapat.
"Kalau seperti ini, namanya bukan perbaikan, tapi megah-megahan. Ini bukannya saya iri karena saya juga enggak dapat ya. Tak masalah kalau saya tak dapat, asal warga saya yang membutuhkan dapat semua," katanya.
Selain kecewa, alasan lain Latief mundur adalah keengganan menghadapi protes warga yang tak dapat kampung deret. Dirinya tak bisa menjelaskan kepada warga karena memang tak tahu menahu soal proses seleksinya.
"Gimana mau jelasin. Saya juga enggak tau. Kurang banget sosialisasinya. Saya cuma disuruh ngedata, abis itu gimana nyoretnya (milih) enggak tau dah. Lebih baik mundur (dari ketua RT) aja," imbuhnya.
Latief mengatakan, bukan hanya dia yang muncur karena kecewa kampung deret. Menurutnya, ada dua ketua RT lain yang juga mundur dari jabatannya, yaitu ketua RT 06 dan ketua RT 07 RW 10.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.