Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Mengelola Parkir di Area Terlarang

Kompas.com - 24/03/2014, 08:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagian warga memanfaatkan area terlarang sebagai tempat parkir. Mereka mengelola kawasan itu tanpa kartu parkir. Ironisnya, praktik tersebut diketahui aparat di lapangan. Agar aksi itu berjalan aman, sebagian pengelola menyetor uang kepada oknum aparat.

Tawa (54), yang lebih dari 20 tahun menjadi juru parkir di sisi Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, harus menyetor Rp 90.000 per hari, ditambah Rp 100.000 per minggu, kepada aparat di kawasan itu. Uang tersebut menjadi ”legalitas” mereka sebagai juru parkir.

”Penghasilan sehari nyaris setengahnya untuk membayar aparat. Setelah dipotong setoran, pendapatan bersih saya bisa sekitar Rp 100.000 per hari,” ujar Tawa, yang memiliki lahan parkir sepanjang 15 meter di sisi Jalan Hayam Wuruk.

Hal yang sama terjadi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Rio (19), juru parkir setempat, memberikan setoran kepada aparat. Setiap hari ia harus memberikan Rp 10.000-Rp 20.000 kepada 15 aparat berseragam di Monas. Selain aparat, terdapat pula beberapa preman ”pemilik” wilayah yang menagih setoran ke juru parkir itu. Total dalam sehari ia mengeluarkan Rp 200.000 untuk sejumlah setoran.

Meski harus mengeluarkan ratusan ribu rupiah, Rio bisa mendapatkan pendapatan bersih hingga Rp 300.000, terutama pada akhir pekan. ”Walaupun harus setor sana-sini atau kena razia, penghasilannya lumayan,” ujar pria yang berjaga di muka pintu masuk Monas dari pukul 10.00 hingga 21.00 ini.

Juru parkir seperti Tawa dan Rio mengakui bahwa lahan parkir mereka itu liar dan mengganggu ketertiban umum. Namun, tidak bisa dimungkiri, parkir di badan jalan menjadi pilihan banyak pengendara.

Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Operasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengaku sulit menertibkan semua ruas jalan Jakarta dari parkir liar dalam waktu singkat. Ini karena jumlah aparat amat terbatas. Karena itu, aparat melakukan penertiban di sejumlah ruas secara bertahap. (A07/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com