SUBANG, KOMPAS.com — Pihak konsorsium perusahaan yang mengerjakan moda transportasi Metro Kapsul mengklaim bahwa produknya jauh lebih baik dari monorel atau mass rapid transit (MRT), baik dari segi biaya, waktu pembangunannya, jumlah keterangkutan penumpang, maupun beberapa faktor lainnya.
Dirut PP Precast, salah satu perusahaan yang tergabung dalam konsorsium, Abdul Haris Tatang, mengungkapkan, dari segi biaya pembangunan, Metro Kapsul jauh lebih murah daripada monorel dan MRT. Jika satu kilometer monorel menelan dana sebesar Rp 400 miliar dan MRT Rp 900 miliar, Metro Kapsul bahkan tidak ada seperempat nilainya dari jumlah anggaran tersebut.
"Kita hanya Rp 114 miliar per kilometer. Ini jauh lebih murah dari yang lainnya," ujarnya di sela-sela kunjungan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di pabrik pembuatan Metro Kapsul, Jalan Cagak, Desa Bumihayu, Subang, Jawa Barat, Rabu (2/4/2014) sore.
Dari segi waktu pembangunan, Metro Kapsul juga diklaim jauh lebih efisien. Pasalnya, fondasi setinggi empat hingga lima meter itu menggunakan sistem knock down atau tinggal ditancapkan saja di tanah yang tentunya telah diuji terlebih dahulu.
Menurut Tatang, pengerjaan satu tiang saja tak sampai memakan 24 jam. "Kerja dari jam 22.00 WIB malam, jam 05.00 WIB pagi itu sudah siap. Sistemnya precast. Jadi kita sudah siapkan tiangnya dari pabrik, tinggal ditancapkan sesuai keadaan tanah," ujarnya.
"Pokoknya malamnya warga tidur, pagi-paginya warga bangun, sudah tertancap tiang Metro Kapsul. Tinggal nanti hari kelimanya kita pasangkan box girder (jalur Metro Kapsul)," lanjut Tatang.
Pembangunan tiang fondasi itu, lanjut Tatang, tidak memakan ongkos sosial yang besar. Diameter fondasi dikatakan tidak lebih dari dua meter, dan titik pembangunan lebih fleksibel. Bisa di tepi trotoar, atau menggunakan ruang terbuka hijau di tengah jalan.
Dari segi keterangkutan, Metro kapsul juga diklaim lebih banyak daripada monorel. Jika monorel diklaim mampu mengangkut sebanyak 16.000 penumpang per jam, Metro Kapsul diklaim dapat mengangkut mencapai 19.000 penumpang per jamnya.
Dalam satu keberangkatan, moda transportasi berbahan bakar listrik dan berbasis jalanan beton tersebut berjalan beriringan 10 kapsul sekaligus. Rencananya, waktu tempuh antara satu kelompok kapsul dengan kelompok kapsul lain bisa 10 menit.
Konsorsium pembangun Metro Kapsul terdiri dari empat perusahaan. Pertama, PT Surya Gemilang sebagai pembuat sasis. Kedua, PT Karsa Kerja Mekanotama sebagai pembuat bodi. Ketiga, PT Treka sebagai perekayasa mesin. Keempat, yakni PP Precast sebagai pembuat jalur Metro Kapsul. Ahli yang mengembangkan moda transportasi itu juga berasal dari ITB Bandung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.