Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Pencapresan Jokowi di Jakarta

Kompas.com - 17/04/2014, 15:28 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat kebijakan publik, Roy Valiant Salomo, mengatakan, sejak Joko Widodo menyatakan maju sebagai bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, fokus Gubernur DKI Jakarta itu terbelah dua. Dia di satu sisi harus mengelola birokrasi Pemprov DKI, sementara di sisi lain juga harus berkegiatan politik.

Roy mencontohkan, rendahnya serapan anggaran yang dicapai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan unit kerja perangkat daerah (UKPD) hingga pertengahan tahun ini merupakan salah satu dampak tidak fokusnya Jokowi. Sampai 11 April 2014 lalu, penyerapan anggaran baru 8 persen dari total anggaran Rp 72 triliun.

"(Pencapresannya) tentu berpengaruh pada realisasi program Pemprov DKI," kata Roy kepada wartawan di Jakarta, Kamis (17/4/2014).

Akademisi Universitas Indonesia itu menjelaskan, publik masih dapat menerima jika dua bulan pertama tahun anggaran belum ada realisasi program yang terlihat di lapangan. Namun, saat telah memasuki pertengahan tahun, yakni pada April atau Mei, masyarakat mulai bertanya-tanya mengenai realisasi program kerja yang terdapat di lapangan, yakni penanggulangan banjir, pengerukan sungai, pembangunan dan perbaikan jalan, revitalisasi rumah susun, pembangunan kampung deret, dan lainnya.

Sekadar informasi, pada 8 April 2014 lalu, penyerapan anggaran SKPD dan UKPD baru 4,56 persen. Padahal, untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya, lanjut dia, penyerapan anggaran DKI mencapai 5 persen.

Menurut Roy, anggaran dapat diserap secara optimal apabila mendapat kontrol yang baik dan tegas dari pemimpin, dalam hal ini gubernur, serta perencanaan yang matang dari SKPD dan UKPD.

Setelah DPRD DKI mengesahkan APBD, menteri dalam negeri (mendagri) akan mengoreksi program kerja dalam anggaran tersebut. Apabila SKPD dan UKPD telah membuat detail rencana program yang akan dikerjakan tiap tahunnya, maka realisasi program unggulan cepat terlaksana.

"Jadi, kalau sudah mendapat rekomendasi dari mendagri, SKPD bisa langsung kerja dan tidak memakan waktu yang lama. Kalau sekarang kontrolnya saja sudah berkurang, serapan anggaran semakin tidak optimal," kata dia.

Selain berdampak pada rendahnya serapan anggaran, pencapresan Jokowi juga berdampak pada tertundanya beberapa agenda pemerintahan. Sebab, Roy memandang, Jokowi tak jarang menghadiri kegiatan politik saat jam kerja gubernur. Maka dari itu, sejumlah agenda pemerintahan, antara lain agenda rapat koordinasi (rakor) dengan kepala SKPD, menjadi tertunda.

Setiap rakor, kata dia, akan menghasilkan keputusan untuk kebijakan strategis. Apabila tidak ada pemimpin yang memimpin rakor tersebut, maka keputusan tertunda.

"Tujuannya, keputusan itu akan dituangkan dalam beberapa produk hukum, seperti surat keputusan (SK) ataupun peraturan gubernur (pergub)," ujar Roy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com