Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luas RTH di Jakarta Belum Bertambah Signifikan

Kompas.com - 20/04/2014, 21:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar tata kota dari Universitas Trisaksi Nirwono Yoga menilai, sejauh ini belum ada lonjakan persentase yang berarti terhadap jumlah ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Jakarta.

Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI yang terus membangun dan merevitalisasi taman-taman belum juga mampu menaikkan persentase RTH di Jakarta yang masih hanya berkisar 9 persen, dari jumlah ideal 30 persen.

Menurut Nirwono, upaya yang dilakukan pemprov DKI dalam beberapa waktu belakangan hanya bertumpu pada pemiliharaan dan renovasi, bukan pada penambahan.

"Kendati ada penambahan RTH dalam bentuk taman, tapi jumlahnya tidak terlalu siginfikan. Tidak menggeser rasio 9 persen itu," kata Nirwono di sela-sela peringatan Hari Bumi di Taman Mataram, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (20/4/2014).

Menurut Nirwono, jika serius, penambahan RTH sebenarnya bukan perkara yang sulit bagi Pemprov DKI. Hal itu karena biaya pembangunan RTH untuk ukuran yang paling sederhana hanya berkisar Rp 5 juta per meter persegi.

"Jika dibandingkan dengan nilai APBD DKI 2014 yang mencapai Rp 72 triliun, tentu bukan perkara sulit untuk membangun membangun RTH baru," ujarnya.

Selain menyarankan Pemprov DKI untuk menambah jumlah RTH, Nirwono juga meminta agar RTH yang telah ada selalu dijaga peruntukannya.

Menurutnya, saat ini Jakarta memiliki 1.178 RTH, namun setengahnya dalam kondisi tak terawat.

Selama ini konsep pembangunan RTH di Jakarta dalam bentuk taman hanya sekadar membangun tempat tanpa ditunjang dengan program untuk terus menjaga taman itu sendiri.

Tak heran, ujarnya, banyak taman yang dibangun dengan konsep yang bagus, namun perlahan beralih fungsi menjadi lokasi pedagang kaki lima (PKL) atau pasar tradisional.

"Padahal kondisi yang seperti itu merusak ekosistem taman, seperti rumput, pohon, dan bunga yang ada. Masyarakat yang ingin mendapatkan hak menghirup udara segar di taman tidak tercapai, karena harus berebut kawasan dengan PKL," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com