"Saya di sini sejak 2010. Kalau diperkirakan dengar dari kabar yang dahulu, sudah lebih dari tujuh tahun sekolah kami berbau tak sedap dari tumpukan sampah dan hal lain yang kotor," kata Kepala SDN 04, Ashadi, saat ditemui, Jumat (6/62014).
Ashadi mengatakan, keberadaan eks Hotel Bali membuat lokasi sekolah menjadi tidak sehat. Pasalnya, para siswa setiap hari menghirup udara kotor dari limbah yang ada. Namun, ujar dia, pengelola sekolah ini tak berani mengambil langkah awal dengan pertimbangan keamanan.
Menurut Ashadi, gedung di belakang sekolah merupakan eks Hotel Bali yang kini dihuni banyak warga. Dia mengaku tak tahu warga daerah mana yang mendominasi penghuni gedung itu, tetapi setiap hari selalu ada sampah yang melayang dari atas ke bawah.
Sebelum menggunakan pipa paralon untuk pembuangan limbah, pengelola bangunan eks Hotel Bali tersebut juga tak pernah memikirkan air yang terus mengalir ke pojok belakang sekolah. Ashadi mengaku pernah mendatangi langsung pengelola dan mengatakan proses belajar mengajar siswa terganggu karena bau tak sedap dan tak hentinya air mengalir deras.
"Awalnya saya di SD ini pas 29 Desember 2010. Saat itu belum ada pipa. Itu air dari atas isinya apa juga macam-macam. Saya pun berpikir ini tak bisa didiamkan," tutur Ashadi. Sepekan kemudian, pada 7 Januari 2014, dia bersama Kepala SDN 08 Suliah dan guru olahraga di sekolahnya mendatangi pengelola bangunan yang dikenal dengan nama Robert.
Atas keluhan soal pembuangan air itu, keesokan harinya pengelola bangungan langsung merapikan saluran pembuangan limbah mereka dengan memasang pipa paralon. Namun, pipa itu tak mampu menahan derasnya saluran air sehingga pecah dan bocoran air kembali mengalir di belakang sekolah.
Saat Kompas.com menyambangi lokasi, tumpukan sampah tak lagi banyak karena menurut keterangan Ashadi telah dilakukan pembersihan sampah secara bertahap. Di tanah berukuran 2 x 2,5 meter terlihat masih ada bekas sampah yang dibuang penghuni eks Hotel Bali, dan sebagian terlihat masih menyangkut di bekas akar pohon.
Sisa sampah yang masih terlihat itu mulai dari bungkus makanan, minuman, hingga pakaian dalam. Pipa paralon yang menempel pada dinding belakang hanya tersisa setengah. Aroma tak sedap menguar di sana.
Adapun kelas yang tepat berada di samping lokasi pembuangan limbah ini merupakan tempat belajar siswa kelas VI. Aktivitas sekolah tak terganggu karena para siswa, guru, serta petugas sekolah sudah terbiasa.
Tak jauh dari lokasi pembuangan limbah, berdiri dua kantin yang tak saling berhadapan. Kantin satu menghadap ke arah jalan keluar sekolah, sedangkan kantin dua menghadap ke arah kantin satu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.