"Bahkan banyak nelayan yang enggak dapat apa-apa selama melaut," ujar Jumani saat dihubungi, Senin (30/6/2014).
Biasanya, kata Jumani, nelayan bisa meraup untung Rp 200.000 per hari. Namun karena pencemaran itu para nelayan hanya mendapatkan Rp 50.000 per hari.
Ia pun menuturkan sejak musim hujan berakhir, wilayah pesisir tersebut mulai menghitam airnya dan mengeluarkan bau tak sedap. "Biasanya air laut berwarna hijau tua. Sejak berubah jadi warna hitam, ratusan ikan jadi mati mengambang dan mengeluarkan bau bangkai," jelasnya.
Ia menduga pencemaran diduga berasal dari pipa pembuangan pabrik yang berada di sekitar Kali Kresek Lagoa, Kali Banjil Kanal Timur, Kali Cakung Drain, dan Kali Marunda.
Sementara itu Kepala Suku Dinas Peternakan Pertanian dan Kelautan Sri Hartati mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk memeriksa sumber pencemaran.
Pihaknya bersama BPLHD juga sudah mensurvei lokasi secara langsung dan mengambill sampel air di masing-masing wilayah.
"Kita akan berusaha secepat mungkin. Karena ketika bicara soal pencemaran lingkungan, pembuktiannya sangat sulit. Kalau sudah ketahuan siapa yang mencemari, kita akan fasilitasi untuk mendapatkan ganti rugi," ujar Sri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.