KOMPAS.com - Mahfudin (24) adalah seorang manajer salah satu gerai makanan cepat saji di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Sudah sekitar dua tahun ia bekerja dengan jadwal mulai pukul 09.00 hingga 17.00 dan dilanjutkan dengan kuliah.
Jadwal kuliahnya di jurusan Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Mercusuar, Bekasi, Jawa Barat, dimulai pukul 18.30 hingga malam. Sudah sebulan terakhir ini Mahfudin bergabung dalam Komunitas Delapan Setengah yang fokus pada praktik teknik hipnosis untuk terapi ataupun hiburan.
”Awalnya saya pikir ini lucu- lucuan saja. Pada awalnya saya mengira bahwa hipnosis ini ada unsur magisnya,” kata Mahfudin, Minggu (20/7), saat mengikuti salah satu sesi pelatihan hipnosis yang digelar komunitas itu di Bekasi, Jawa Barat.
Belakangan, lewat sebuah kegiatan di kampusnya, ia berkenalan dengan komunitas tersebut dan mempelajari bahwa hipnosis adalah semata tentang pikiran dan tanpa unsur klenik. ”Oh, ternyata seperti ini dan sangat bisa dipelajari,” katanya.
Membantu
Ia mengatakan, bergabung dalam komunitas tersebut dan mengikuti pelatihannya bakal membantu kemampuannya mengutarakan gagasan dan berkomunikasi dengan pihak lain.
”Karena saya sering kali grogi. Ini berguna bagi saya dalam bidang pekerjaan karena saya mesti menghadapi banyak orang termasuk direksi dan klien,” ujar Mahfudin.
Lain lagi cerita Rini Anggraeni (22). Mahasiswi jurusan Sistem Informatika yang baru setahun menjadi estimator di salah satu perusahaan konstruksi itu merasa perlu bergabung dalam pelatihan demi mengatasi kondisi emosinya.
”Saya ini orang yang sangat temperamental dan mudah sekali marah,” kata Rini.
Pagi itu, Rini, Mahfudin, beserta sejumlah peserta lain mengikuti pelatihan hipnosis. Sejumlah anggota Komunitas Delapan Setengah, dengan mengenakan kaus bertuliskan ”Do not look at my eyes. I’m real hypnotists” tampak hilir mudik.
Komunitas Delapan Setengah dengan dedengkot Machrubiansyah Robby yang akrab disapa O-bee De Lapan Setengah memang kerap menyelenggarakan pelatihan dengan sejumlah biaya yang dikutip. Namun, sebelum komunitas itu terbentuk, O-bee sudah kerap menggelar pelatihan serupa.
Lama-lama jumlah alumni pelatihan itu bertambah banyak. ”Sekarang ini sudah ada sekitar 1.000 alumni pelatihan,” kata O-bee.
Belakangan, salah seorang pengajar STMIK Mercusuar, Agus Sumaryanto, mengutarakan ide agar dibentuk komunitas khusus untuk menaungi mereka. Tidak melulu mesti mengikuti pelatihan lebih dahulu sebelum bisa bergabung dalam Komunitas Delapan Setengah.
Ini seperti dijalani Mahfudin yang justru tergabung dalam komunitas itu sebelum intens mengikuti pelatihan yang digelar.
Mandiri
O-bee mengatakan, anggota komunitas yang kini tersebar di sejumlah wilayah seperti Jakarta dan Bogor itu kerap mengadakan pertemuan rutin secara mandiri.