"Bus merek Inobus ini adalah produk generasi pertama yang diproduksi PT INKA (persero) pada tahun 2011 dan mulai beroperasi awal tahun 2012 di Koridor XI, dengan jumlah total armada 21 unit. Bus gandeng yang bermesin belakang ini, terdiri dari body depan dan body belakang yang disambungkan dengan sistem artikulasi dan ditutup dengan penutup harmonica," kata Pramudya, dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (10/8/2014).
Pramudya menjelaskan kronologis kejadian dan penyebab patahnya baut di sistem sambungan transjakarta yang membawa 40 penumpang itu. Pramudi mendengar suara tidak normal pada sambungan. Dia langsung menghentikan bus dan memindahkan penumpang.
Petugas lalu lintas meminta pramudi untuk memundurkan bus transjakarta itu dan dimundurkan. Hal itu, kata dia, tidak sesuai SOP yang berlaku. Sebab, apabila peristiwa itu terjadi, seharusnya bus tetap dimajukan pelan ke depan ke lokasi yang lebih aman.
"Tapi, karena dimundurkan mengikuti arahan petugas lalu lintas, body bus belakang semakin tertarik ke belakang dan body depan tetap pada posisinya. Sehingga penutup harmonica terlepas dan membuat body belakang terlihat terlepas dari sambungan dengan body depan," kata Pramudya.
Beberapa saat kemudian, teknisi datang dan mengganti baut yang patah. Bus itu kini dibawa ke Pool Damri (operator) di Kampung Rambutan guna investigasi lebih lanjut. Pramudya mengklaim kejadian itu hanya karena baut patah bukan karena body atau ada bagian chassis (kerangka dasar produksi yang menyatu dengan mesin bus) yang patah.
Sistem sambungan yang digunakan di bus transjakarta ini, lanjut dia, telah menggunakan produk dan teknologi Jerman merek Hubner. Merek ini merupakan produsen terbesar di dunia untuk sistem artikulasi di bus dan kereta api. Ada sebanyak delapan buah baut pengikat sistem artikulasi tersebut ke chassis.
"Kejadian semua baut patah ini bisa disebabkan karena kekencangan baut sudah tidak sesuai dengan torsi yang disarankan, atau baut longgar yang disebabkan karena beban dinamis yang berlebihan. Atau ada sebagian baut yang cacat operasional tapi belum sempat diganti," kata Pramudya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.