“Ketika nafas udara kemerdekaan berasa pekat bak menghirup asap pembakaran hutan
Ketika bangkit bergerak menuju hebat, hanya mampu gerakan beberapa langkah loyo ke
depan.
Ketika bicara kejayaan tercekat, mengingat tanggungan beban bagi generasi keturunan
Ketika rasa dan nilai kebangsaan tak lagi memikat, maka jadilah negeri yang kehilangan
semua harapan.”
JAKARTA, KOMPAS.com--Kalimat di atas merupakan sepenggal dialog dari pertunjukan
Raya Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Indonesia Cerdas (PSIC) bersama
Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa, 12 Agustus 2014 pukul 19.30 hingga 21.00 WIB.
Pertunjukan bertajuk "Raya Indonesia" ini menampilkan kolaborasi musik, multimedia, kisah, dan dialog yang mengajak bangsa Indonesia untuk membangun negeri yang penuh anugerah dan kasih sayang.
Produksi musik dengan konsep Denting dan Selenting (Musik dan Dialog) Kemerdekaan
Kebangsaan ini melibatkan beberapa nama komposer kebanggaan Indonesia, antara lain
Yovie Widianto, Bubi Sutomo dan Iwan Wiradz. Irama musik dan lantunan lagu yang
ditampilkan mengajak para penikmat seni untuk merayakan pandangan, sikap, minat, dan
kedalaman cinta akan nusantara Republik Indonesia.
“Kecintaan terhadap bangsa Indonesia dapat disuguhkan dalam berbagai cara untuk
mengapresiasinya seperti yang dilakukan oleh Pusat Studi Indonesia Cerdas yang
menunjukkan kecintaannya dalam pertunjukan musik. Harmonisasi musik yang diaransemen
oleh para komposer musik di tanah air ini mengajak para generasi muda untuk turut serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa yang beradab dan cinta tanah air.
Pertunjukan ini menjadi salah satu sajian yang sangat segar dan tidak membosankan bagi
para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya,“ ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti
Budaya Djarum Foundation.
Pertunjukan "Raya Indonesia" yang bertema kebangsaan ini merupakan nyanyian anak negeri
untuk menjawab dan membuktikan tentang masih adanya peradaban di atas bumi Indonesia Raya. Tercatat ada 12 lagu yang akan dibawakan oleh 12 musisi dari PSIC, antara lain "Jangan Menangis Negeriku", "Berbeda Kita Bersama", "Kemenangan Kehidupan" dan "Raya Indonesia".
Selain itu, para penikmat seni juga akan menikmati dialog tentang yang tak kunjung datang,
tentang kebisuan dan keheningan. Dialog ini menceritakan sebuah kisah bangsa yang
tertinggal-ditinggalkan-meninggalkan ke-Raya-an negerinya, akankah berujung pada punahnya
atau sebaliknya, jaya rayanya peradaban. Peradaban bangsa dan negeri, Indonesia.
“Saya sangat antusias dengan kesempatan yang diberikan oleh Galeri Indonesia Kaya untuk
menampilkan pertunjukan ini. Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak
bangsa ini, khususnya para generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian
akan bangsa dan tanah airnya yang akhirnya bisa berujung pada kehancuran negeri
Indonesia Raya. Hal ini yang perlu kita antisipasi dan memerlukan kerjasama berbagai
pihak,” ujar Yovie Widianto.
Pusat Studi Indonesia Cerdas (PSIC), adalah lembaga yang didirikan untuk menyambut
semua peluang, semua solusi, semua kreativitas, semua intuisi, semua inovasi dan semua
terobosan dari semua anak bangsa yang membuktikan jati diri bangsa dan peradaban
Indonesia yang berlimpah kecerdasan.