Temon yang merupakan anggota Sabhawana angkatan 5 pun mengenang masa ketika ia mengikuti kegiatan Berganda pada tahun 1980-an.
"Berganda itu kan intinya kegiatan gabungan dari materi-materi yang telah dipelajari selama setahun. Di zaman saya, antara alumni dan peserta lebih menekankan kekeluargaan. Tidak ada senioritas. Kalau alumni datang, untuk seru-seruan saja," kata Temon di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (15/8/2014).
Keahliannya mengolah tawa pun diakuinya didapat ketika ia bergabung menjadi anggota Sabhawana. "Belajar ngelucu juga dari Sabhawana. Namanya juga udah deket banget antaranggota. Kenyang gue dicengin mulu," katanya.
Pada zaman itu, menurut Temon, jika ada peserta yang melakukan kesalahan, bukan senior yang menghukum, melainkan alam.
"Misalnya aja nih pelajaran navigasi darat. Lo salah satu derajat, tetapi praktik di lapangannya, bisa nyasar 10 kilometer. Kita panitia paling bisa dongkol aja. Alam yang menghukum," tambah Temon.
Dia juga mengakui, kegiatan Berganda pada masanya tidak didampingi oleh guru. Hal itu karena sekolah sudah menaruh kepercayaan penuh kepada Sabhawana. Meskipun demikian, setiap peserta Berganda harus memiliki surat keterangan sehat dari dokter.
"Setelah lulus, saya ngikutin paling cuma sampai angkatan 6-7 aja. Setelahnya nggak ngikutin lagi. Makanya kaget juga pas ada kejadian ini," kata Sarjana Psikologi UI angkatan 1985 tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.