Ada beberapa nama yang disebut-sebut bakal menduduki posisi DKI 2, menggantikan Basuki, atau yang akrab disapa Ahok.
Dua partai pengusung Jokowi-Basuki pada Pilkada DKI 2012, yakni PDI Perjuangan dan Gerindra, memiliki hak untuk mengajukan dua nama cawagub kepada DPRD DKI. Kemudian, siapa saja yang disebut-sebut bakal bersaing dalam bursa DKI 2 itu?
Pada November 2013, dia dilantik menjadi Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta. Saat pelantikan, anggota Komisi D (pembangunan) DPRD DKI Jakarta itu menyatakan tekadnya untuk melancarkan program-program yang dijalankan pihak eksekutif.
Menurut dia, sejak Jokowi memimpin DKI, tak sedikit program pembangunan yang berkaitan langsung dengan warga Ibu Kota. Ia memberi contoh Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP), normalisasi waduk, revitalisasi pasar, dan penertiban pedagang kaki lima (PKL).
Beberapa hari setelah pelantikan menjadi Ketua DPD PDI-P DKI, atau tepatnya pada 27 November 2013, Boy dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Ia menggantikan posisi Sayogo Hendrosubroto yang telah memasuki usia pensiun.
Setelah Jokowi menjadi presiden, Boy digadang-gadang yang akan mendampingi Basuki memimpin Ibu Kota. Dukungan pun datang dari teman-teman sejawatnya di DPRD DKI, seperti Prasetyo Edi Marsudi, Ida Mahmudah, serta Dwi Rio Sambodo.
"Putra mendiang mantan Gubernur DKI ini merupakan orang paling berjasa terhadap Jokowi-Ahok saat pilkada lalu. Pak Boy ini salah satu kader PDI-P terbaik di Jakarta," kata Prasetyo.
Tak beda jauh dengan Prasetyo, Ida Mahmudah juga menjamin bahwa Fraksi PDI-P DPRD DKI telah sepakat mengusung Boy dalam bursa cawagub DKI. "Ya, iyalah Pak Boy. Minimal untuk menjadi pejabat yang ada di Pemprov DKI itu ya yang mengetahui betul situasi di Jakarta," kata Ida.
Nama Djarot sering diucapkan oleh Ahok ketika ditanya soal calon wagub yang ideal. Menurut Ahok, politisi PDI-P itu telah berhasil menjadi seorang kepala daerah. Djarot merupakan Wali Kota Blitar selama dua periode, 2000-2010.
Basuki memandang sosok Djarot merupakan sosok yang mampu mengelola daerah dengan baik. Saat memimpin Kota Blitar, Djarot membatasi pembangunan mal dan gedung pencakar langit lainnya.
Dia memprioritaskan pedagang kaki lima (PKL) menjalankan roda perekonomian di Blitar. Bahkan, ia dianggap berhasil menata ribuan PKL di Kompleks Alun-alun Blitar.
Sejumlah penghargaan pun telah diraihnya karena kemampuan pengelolaan daerahnya, seperti anugerah Adipura selama tiga tahun berturut-turut dan penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah tahun 2008.