Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klinik MH di Jakarta Barat Diduga Tipu Pasien dan Mematok Biaya Perawatan Tak Wajar

Kompas.com - 17/09/2014, 06:06 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Klinik pengobatan berinisial MH (Metropole Hospital) di Jalan Pintu Besar Selatan No 38, Jakarta Barat, mendapatkan respon yang kurang baik dari pasien yang pernah berkunjung ke sana. Menurut mereka, klinik itu telah melakukan malpraktik dan mencoba menipu pasien mereka dengan diagnosa bohong-bohongan serta harga pengobatan yang terlampau mahal.

NZ (23), salah satu pasien menceritakan pengalaman saat berobat pertama kalinya di MH. NZ awalnya menemukan klinik MH di internet, kemudian dia melakukan konsultasi tentang kesehatan reproduksi melalui chat di website klinik tersebut. Merasa dilayani dan dijawab dengan baik setiap pertanyaan-pertanyaannya, NZ memutuskan untuk datang ke sana.

Saat tiba di klinik MH, Senin (15/9/2014), NZ langsung diperbolehkan masuk. Sedangkan saat itu NZ datang jam 17:30, yang menurut jadwal di dalam klinik seharusnya sudah tutup. Kesan dia saat datang ke klinik tersebut pun aneh, karena banyak hal tidak seperti biasanya yang terdapat pada klinik atau rumah sakit pada umumnya.

"Dari resepsionisnya aja masa pakai daleman baju ketat dan cuma ditutupi jas snelli dokter," tutur NZ kepada Kompas.com, Rabu (17/9/2014).

Setelah masuk ke klinik MH, NZ didata terlebih dahulu di resepsionis. Kemudian dia diantar ke lantai satu klinik tersebut untuk ke ruangan dokter. Di dalam sana, NZ bertemu dengan dokter asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Dokter tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia sehingga di dalam pun didampingi oleh seorang perawat Indonesia yang juga bertugas sebagai penerjemah dokter tersebut. Dari hasil konsultasi itu, NZ diminta untuk melakukan pemeriksaan USG dengan biaya sebesar Rp 345 ribu. Sebelum melakukan USG, NZ diberi tahu untuk banyak minum air putih agar pemeriksaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Lalu NZ dibawa ke ruangan lainnya lagi untuk proses lebih lanjut. Di sana, dia bertemu dengan seorang dokter yang terlihat masih muda.

"Kelihatannya dokternya orang Cina, pakai sepatu kets pula. Makin curiga deh," tambah NZ.

Dari ruangan itu, NZ dibawa kembali ke ruangan dokter pertama yang dia temui untuk dijelaskan mengenai hasil pemeriksaan. Menurut dokter tersebut, kata NZ, pemeriksaan harus dilanjutkan segera dengan operasi. Mendengar hal itu, NZ kaget dan berusaha menolak ajakan pemeriksaan lanjutan itu.

Adapun untuk pemeriksaan lanjutan akan dilaksanakan selama tujuh hari dengan biaya per harinya sebesar Rp 700 ribu.

Tanggapan lainnya dituturkan oleh akun Kaskus bernama singlebreath. Dia juga menceritakan hal serupa yang dialami dengan NZ, namun bedanya singlebreath dipaksa untuk langsung operasi di hari pertamanya berobat.

"Selesai terapi itu, ane dibawa lagi ke ruang dokter, trus dokter bilang harus operasi hari itu juga gan! Ane kaget dong, masa tiba2 harus operasi sekarang. Ane udah nolak abis2an, dan dokter juga penerjemahnya maksa pol-polan dengan dalih alasan medis, kalo ga sekarang bisa inilah itu lah," kata dia di Kaskus.

Akun singlebreath juga mengeluh dia dipaksa membayar biaya operasi tersebut sampai diminta oleh dokter di sana untu cek saldo di tabungan miliknya. Setelah berobat di sana, singlebreath mengecek kepastian rumah sakit tersebut di internet. Lalu ditemukan fanpage rumah sakit tersebut dan di sana banyak yang mengatakan bahwa klinik ini sengaja menjebak pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com