Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Arus, Salah Kaprah yang Terpelihara

Kompas.com - 17/09/2014, 17:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pagi hari menjadi neraka hampir di setiap akses utama dari wilayah perbatasan Ibu Kota ke Jakarta. Melawan arus menjadi siasat menembus padatnya arus kendaraan yang mengular panjang, tanpa memperhatikan keselamatan diri dan pengguna jalan lainnya.

Di Jalan Ciledug Raya arah ke Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang lebarnya hanya sekitar 6 meter pada pukul 07.00 laksana pipa macet akibat dipenuhi mobil pribadi, bus umum, mikrolet, dan tentu sepeda motor. Tiap pagi pula, di jalan yang sama, ribuan pesepeda motor meluap dan menjarah jalur di sampingnya yang seharusnya hanya untuk kendaraan dari arah berlawanan.

Rose (37), warga Gondrong, Kota Tangerang, Banten, sudah dua tahun ini menjadi salah satu pesepeda motor yang melawan arus. Ia setiap pagi menuju tempat kerja di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, melintasi Jalan Ciledug Raya.

”Awalnya takut lawan arus begitu, tetapi banyak banget barengannya. Jadinya, aman kok selama ini,” kata Rose yang belum pernah ditilang polisi saat melaju melawan arus.

Pemandangan serupa ditemukan di Jalan Bekasi Raya perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi. Arus kendaraan yang melawan arus dimulai dari perbatasan Bekasi hingga ruas persimpangan ke Jalan Cilincing sepanjang 3,5 kilometer.

Bahkan, dengan melawan arus pun, Ifan (28), warga Bekasi, harus menembus ruas sepanjang 3,5 kilometer itu selama setengah jam kala menuju tempat kerjanya di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Padahal, saat tidak macet hanya butuh 10 menit. ”Saya sendiri tak ingin lawan arus. Tetapi, karena jalan macet parah dan banyak yang melawan arus, saya ikut saja,” kata Ifan.

Rombongan kendaraan yang melawan arus dari Bekasi ini baru terurai di persimpangan antara Bekasi Raya dan Cilincing. Ruas badan jalan lebih lebar bisa memuat dua lajur mobil dan sisanya untuk arus sepeda motor. Namun, memasuki Pasar Cakung, badan jalan kembali menyempit.

Menurut Yusuf (30), pengendara sepeda motor, di ruas jalan itu polisi lalu lintas berinisiatif membuat jalur lawan arus sepanjang hampir 300 meter. Hal ini diakibatkan membeludaknya jumlah kendaraan menuju Jakarta. Lawan arus di Jalan Bekasi Raya yang didominasi sepeda motor ini sudah terjadi sejak 2004. ”Sejak kuliah, saya sudah mengalami lawan arus,” kata karyawan asal Bekasi yang bekerja di Jakarta Pusat ini.

Sesat hulu dan hilir

Salah kaprah yang terus terpelihara di jalanan Ibu Kota ini tak luput dari perhatian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). Ketua MTI Danang Parikesit mengatakan, kondisi ini tercipta karena terbatasnya kapasitas infrastruktur jalan di Jakarta, program pembenahan dan pembangunan angkutan publik yang tak berjalan baik, serta penegakan hukum lemah.

”Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penggunaan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, untuk mobilitas warga naik tajam. Tidak hanya jumlahnya yang bertambah, tetapi panjang perjalanan pengguna sepeda motor juga bertambah. Artinya, untuk perjalanan jarak jauh pun orang semakin banyak pakai sepeda motor,” tuturnya.

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan di Jakarta pada Januari-21 Desember 2013 sebanyak 16.043.689 unit. Rinciannya, 11.929.103 sepeda motor, 3.003.499 mobil, 360.022 bus, 617.635 mobil barang, dan 133.430 kendaraan khusus. Jumlah itu meningkat 9,8 persen daripada tahun 2012 yang mencapai 14.618.313 unit.

Memperbaiki keadaan ini bukan perkara mudah. Pemerintah kesulitan menambah kapasitas infrastruktur jalan. Di sisi lain, pemerintah pusat dan daerah tidak serius mengembangkan sistem transportasi publik.

DKI sampai sekarang tetap memberlakukan aturan parkir di badan jalan di kawasan tertentu. Selain itu, praktik parkir ilegal yang menampung mobil ataupun sepeda motor terus terjadi dengan menduduki trotoar dan badan jalan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, kondisi jalan, termasuk kelengkapan pembatas jalan dan rambu, menjadi kendala besar bagi kepolisian menegakkan aturan. Harapannya, dinas perhubungan dan dinas pekerjaan umum pemda setempat bisa membuat batas jalan kokoh dan kalau memungkinkan juga dipagar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com