Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kebakaran, Dulu Cari Harta, Sekarang Cari Selang"

Kompas.com - 18/09/2014, 08:03 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wilayah Tambora di Jakarta Barat punya pengalaman mengenai urusan kebakaran dengan frekuensi yang cukup tinggi. Namun, seiring berkembangnya waktu, kawasan tersebut mulai jinak dari ancaman kebakaran.

Upaya untuk menghapus anggapan Tambora sebagai daerah rawan kebakaran dimulai dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat di sana. Isu penangan kebakaran selalu terselip dalam kegiatan kemasyarakatan bersama pejabat daerah.

"Bukan hanya penyuluhan, sosialisasi kebakaran itu juga kami anggarkan untuk jadi kegiatan. Dan ini hampir di setiap kelurahan," kata Camat Tambora Yunus Burhan, kepada Kompas.com, di kantornya, Rabu (17/9/2014).

Yunus melanjutkan, dalam sosialisasi, biasanya ada praktik penanganan dini terhadap kebakaran. Masyarakat diberikan pemahaman mengenai bagaimana tindakan awal bila si jago merah mengamuk.

"Kalau dulu ada api cari harta benda, sekarang masyarakat cari selang," ujar Yunus.

Penyuluhan juga mendapat bantuan dari sebuah perusahaan rokok melalui dana corporate social responsibility. Maka dibentuklah satuan tugas (satgas) yang dilatih mengenal penanganan terhadap kebakaran.

Satgas ini terdapat di 19 RW dari total 96 RW yang ada di Tambora. 19 RW itu termasuk dalam lokasi rawan kebakaran. Tiap satu RW terdapat 150 orang anggota satgas yang dilatih. Mereka dibekali dengan alat pemdam api ringan (apar).

"Jadi satu satgas itu diberikan alat pemadam cukup besar, lumayan buat pemadaman awal," ujar Yunus. Kerja sama juga dijalin dengan PLN, dan Satpol PP. Setiap Rabu tim berskala kecil melakukan sweeping terhadap warga pelaku pencurian arus.

Warga ini yang kerap membuat sambungan kabel dengan tidak tepat. Selain itu, sweeping juga dilakukan di tempat-tempat konveksi yang banyak terdapat di wilayah Tambora. Tempat konveksi juga menjadi penyumbang kebakaran karena salah dalam penggunaan kabel.

Langkah lainnya, lanjut Yunus, yakni pembangunan hydran kering. "Jadi hydran itu berguna saat terjadi kebakaran, dia bisa mengambil air dari kali terdekat," ujarnya.

Angka menurun

Wilayah padat di Tambora menjadi lokasi paling rawan dilanda kebakaran. Wilayah itu meliputi Kali Anyer, Jembatan Besi, Duri Utara, dan Angke. Yunus mengatakan, kebakaran mudah menjalar karena permukiman di sana padat dan tidak tertata rapih.

Meski demikian, berkat pelatihan dan penyuluhan, kini kebakaran di sana mulai menurun. Bahkan, klaimnya, sebelum petugas pemadam sampai warga sudah dapat melakukan upaya pemadam dini.

Data kebakaran tahun 2012, menunjukkan 43 kejadian, dengan rincian 36 kasus ditangani pemadam sementara sisnya tujuh kasus dipadamkan warga. Tahun 2013, pemadaman yang dilakukan oleh masyarakat mulai meningkat.

"Dari 42 kejadian, yang dipadamkan pemadam cuma 12 kalau tidak salah," ujar dia. Sementara tahun ini, dari jumlah 23 kejadian, sembilan kebakaran dipadamkan pemadam sementara sisanya 14 kebakaran dapat ditangani warga.

"Jadi perubahan perilaku masyarakat cukup mencolok," ujar Yunus. Namun, kebakaran, kata dia, tetap merupakan musibah yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Ia berharap, dengan pelatihan, penyuluhan, dan kegiatan sweeping bisa mencegah banyaknya kejadian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com