Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Aura, Solekha, Srikandi, dan Agustin, Kuda Penarik Kereta untuk Jokowi-JK

Kompas.com - 20/10/2014, 06:30 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pasca dilantik sebagai presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla, akan mengikuti pawai "Syukuran Rakyat", Senin (20/10/2014). Sebuah kereta kuda disiapkan untuk mengangkut keduanya. Empat kuda secara khusus didatangkan dari Solo, Jawa Tengah. Sekelumit cerita tentang empat kuda bernama Aura, Solekha, Srikandi, dan Agustin pun diceritakan oleh dua orang pemiliknya, Mas Ngabehi Sunardi Prasetyo dan Mas Ngabehi Mujiono Prasetyo.

Sunardi mengatakan, kudanya merupakan persilangan induk kuda lokasl dan pejantan impor Australia. Jenis ini, kata Sunardi, disebut dengan kuda generasi 'G'.

"Jadi induk lokal itu kawin sama (kuda) Tolobret. Ketika melahirkan anak, anak perempuan yang dikeluarkan itu artinya G1," ujar Sunardi kepada Kompas.com, Minggu (19/10/2014).

Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado Dua kereta ini disiapkan untuk kirab budaya penyambutan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang dilantik pada Senin (20/10/2014). Gambar diambil pada Minggu (19/10/2014).
Ia mengungkapkan, kuda perempuan jenis G1 dapat dikawinkan dengan kuda tolobret Australia lainnya. Hasil persilagan kedua ini, menjadikan anak perempuan yang keluar dari induk lokal itu berjenis G2.

Ketika G2 itu kembali dikawinkan dengan kuda jantan yang sama, maka menghasilkan anak perempuan jenis G3. Persilangan ini dapat berlanjut dengan istilah G4, G5, dan seterusnya. Persilangan ini berhasil apabila pejantan yang dikawinkan dengan betina lokal berbeda kuda atau dengan kata lain pejantan baru kuda tolobret Australia.

"Kalau sudah sampai dengan G5, itu kuda mendekati Australia-Australia hanya saja lahirnya di Indonesia. Tapi yang pasti kuda bukan lagi lokal-Australia," kata dia.

Semakin tinggi genetik itu, semakin sulit pula perawatannya. Contohnya, kuda lokal biasa memakan rumput, sedangkan kuda persilangan dengan genetik G yang kian tinggi memerlukan panganan lebih bergizi.

"Kalau G tinggi makan yang kayak dhedhe (dalam istilah Jawa) dari gandum, kacang hijau, beras merah diolah jadi satu," kata dia.

Sunardi merupakan pemilik kuda bernama Aura dan Solekha. Usia kedua kuda ini berbeda. Aura, kuda berwarna cokelat dengan surai hitam itu berusia 5 tahun dan merupakan jenis kuda generasi G1.

Ada pun Solekha, kuda berwarna cokelat hingga surainya itu berusia 2 tahun. Kuda yang baru dibelinya dua bulan lalu ini merupakan Kuda Pacuan Indonesia (KPI).

Solekha berjenis KPI karena hasil persilangan kuda generasi G3 dengan G4.

"Itu jadinya KPI. Itu sudah diperbolehkan dan disahkan bahkan aktenya juga sudah keluar. Ingat saja smeua kuda punya akte kelahiran," ujar Sunardi.

Sementara itu, kuda milik Mujiono yang bernama Srikandi dan Agustin, masing-masing berusia 7 dan 5 tahun. Srikandi merupakan kuda hasil persilangan generasi G4. Sedangkan Agustin jenis G1.

Ia pun mengungkapkan, dari keempat kuda itu, Srikandi memiliki bobot paling besar karena tengah hamil 9 bulan dan diprediksi 2 bulan lagi melahirkan.

Cara membedakan usia kuda, sebut dia, dapat dilihat dari gigi kuda. Apabila gigi masih panjang, maka usia kuda lebih tua. Sedangkan gigi pendek seperti gigi anak-anak yang gatal itu ada pada kuda muda. Sistem empat tahun menjadi perubahan penggantian semua gigi kuda.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com