"Kurang praktis dan efisien. Waktu lampu (taman median) mati, ada dua mobil dan satu motor yang menabrak. Kejadiannya memang malam hari terus," kata Suryanto, warga RT 4 RW 5, Pondok Cina, yang rumahnya tepat di depan ujung separator sehabis fly over, Jumat (7/11/2014).
Suryanto menuturkan, kecelakaan kerap terjadi sejak separator tersebut dibangun pada akhir 2012 lalu. Ketika ada perbaikan median jalan yang menyebabkan pemadaman sementara lampu jalan, kecelakaan menjadi lebih sering terjadi.
Oleh karena itu, Suryanto menilai keberadaan separator tersebut tidak berguna bagi pengguna jalan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fadli, pengendara motor yang setiap hari melintasi Jalan Margonda.
"Lebih baik dibuang sajalah. Enggak ada gunanya juga. Sama saja, enggak ada bedanya di jalur cepat atau lambat," kata Fadly.
Untung saja, dia mengaku tidak pernah menabrak separator itu. Fadly menilai separator tersebut hanya bermanfaat bagi pejalan kaki yang hendak menyeberang Jalan Margonda.
"Berguna sedikit sih buat orang yang mau menyeberang. Mereka bisa berhenti sebentar di separator itu," kata Fadly.
Pemerintah Kota Depok membangun separator tersebut pada akhir 2012 untuk memisahkan angkutan umum di jalur lambat dengan kendaraan pribadi di jalur cepat sehingga arus lalu lintas menjadi lancar.
Pantauan Kompas.com, separator yang terbuat dari conblock hitam putih tersebut sudah tidak mulus lagi. Beberapa conblock di sejumlah titik sudah terlepas dari badan separator.
"Kadang-kadang enggak berguna juga karena kalau motornya (jalan) kencang, kita juga tetap takut pas menyeberang," kata Faradila, mahasiswa UI, yang sering kali menyeberang jalan berseparator itu untuk menuju kampusnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.