Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Separator Dianggap Hanya Membuat Celaka

Kompas.com - 07/11/2014, 13:43 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Warga yang tinggal di sekitar separator jalur cepat-lambat di Jalan Margonda, Depok, tepatnya mulai dari fly over Universitas Indonesia sampai sekitar Margonda Residence, mengeluhkan keberadaan separator tersebut. Mereka menilai separator itu tidak bermanfaat banyak bagi pengguna jalan, bahkan malah membuat celaka.

"Kurang praktis dan efisien. Waktu lampu (taman median) mati, ada dua mobil dan satu motor yang menabrak. Kejadiannya memang malam hari terus," kata Suryanto, warga RT 4 RW 5, Pondok Cina, yang rumahnya tepat di depan ujung separator sehabis fly over, Jumat (7/11/2014).

Suryanto menuturkan, kecelakaan kerap terjadi sejak separator tersebut dibangun pada akhir 2012 lalu. Ketika ada perbaikan median jalan yang menyebabkan pemadaman sementara lampu jalan, kecelakaan menjadi lebih sering terjadi.

Oleh karena itu, Suryanto menilai keberadaan separator tersebut tidak berguna bagi pengguna jalan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fadli, pengendara motor yang setiap hari melintasi Jalan Margonda.

"Lebih baik dibuang sajalah. Enggak ada gunanya juga. Sama saja, enggak ada bedanya di jalur cepat atau lambat," kata Fadly.

Untung saja, dia mengaku tidak pernah menabrak separator itu. Fadly menilai separator tersebut hanya bermanfaat bagi pejalan kaki yang hendak menyeberang Jalan Margonda.

"Berguna sedikit sih buat orang yang mau menyeberang. Mereka bisa berhenti sebentar di separator itu," kata Fadly.

Pemerintah Kota Depok membangun separator tersebut pada akhir 2012 untuk memisahkan angkutan umum di jalur lambat dengan kendaraan pribadi di jalur cepat sehingga arus lalu lintas menjadi lancar.

Pantauan Kompas.com, separator yang terbuat dari conblock hitam putih tersebut sudah tidak mulus lagi. Beberapa conblock di sejumlah titik sudah terlepas dari badan separator.

"Kadang-kadang enggak berguna juga karena kalau motornya (jalan) kencang, kita juga tetap takut pas menyeberang," kata Faradila, mahasiswa UI, yang sering kali menyeberang jalan berseparator itu untuk menuju kampusnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com