Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agara Koridor IV dan VI Transjakarta Tetap Bisa Gunakan Tiket Elektronik

Kompas.com - 29/12/2014, 13:24 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Transjakarta saat ini tengah mencari solusi agar halte-halte bus transjakarta di koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) dan VI (Ragunan-Dukuh Atas) tetap bisa melayani tiket elektronik, meskipun sengketa hukum terkait mesin sistem tiket elektronik di kedua koridor tersebut masih berjalan.

Kemungkinan cara yang akan dilakukan adalah dengan tetap memasang mesin tiket elektronik baru, tanpa perlu membongkar mesin yang saat ini telah terpasang.

"Jadi yang disengketakan itu kan mesinnya, salah satunya gate. Jadi ya sudah kita bikin saja gate yang baru di depan atau di samping gate yang lama. Yang lama tidak perlu dibongkar," kata Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih kepada Kompas.com, Senin (29/12/2014).

Kosasih menilai cara tersebut merupakan opsi terbaik yang bisa dilakukan agar koridor IV dan VI bisa menerapkan tiket elektronik, seperti halnya sepuluh koridor lainnya.

Karena, kata Kosasih, apabila pemasangan tiket elektronik harus menunggu proses sengketa hukum selesai, maka akan terlalu memakan waktu lama.

"Jadi yang dipermasalahkan itu kan mesinnya, sedangkan mesinnya tidak bisa kita bongkar karena untuk barang bukti. Jadi ya sudah mesinnya kita biarkan saja enggak usah dipakai, tetapi kita pasang mesin yang baru," ucap dia.

Menurut Kosasih, rencana tersebut kemungkinan besar akan mulai direalisasikannya pada Januari mendatang, dengan memulainya terlebih dahulu di halte-halte yang berukuran besar.

"Cara ini bisa dilakukan di halte-halte yang berukuran besar, kita akan lakukan Januari. Jadi akan kita mulai dulu di halte-halte yang luas dan besar, salah satunya di Halte Ragunan," ucap Kosasih.

Masalah hukum yang terjadi terhadap mesin elektronik di koridor IV dan VI adalah digugatnya Bank DKI oleh salah satu perusahaan penyedia mesin elektronik, PT Megah Prima Mandiri (MPM).

Gugatan PT MPM terhadap Bank DKI merupakan penyebab kenapa sampai saat ini tak ada satupun halte di koridor IV dan VI yang menerapkan tiket elektronik. Padahal, koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas) merupakan koridor yang sebenarnya harus sudah menerapkan tiket elektronik.

Ragunan-Dukuh Atas tergolong koridor padat penumpang karena melewati kawasan Warung Buncit, Mampang Prapatan, dan Jalan Rasuna Said.

Sengketa hukum Bank DKI dan PT MPM

Sebagai informasi, saat ini Bank DKI sedang dalam status digugat oleh PT MPM di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Digugatnya Bank DKI disebabkan karena PT MPM menilai Bank DKI telah melakukan pelanggaran kontrak dengan PT MPM selaku pihak yang telah memenangkan tender mesin tiket elektronik yang diadakan oleh Bank DKI beberapa tahun lalu.

Kejadian bermula pada Juli 2011 saat Bank DKI dipercaya oleh UP Transjakarta untuk menjalankan sistem elektronik. Dalam perjanjiannya, Bank DKI berhak menggandeng mitra strategis.

Setelah melalui proses tender, terpilihlah PT MPM sebagai pemenangnya. Pada tahap awal, PT MPM diminta untuk membangun sarana pendukung tiket ektronik di Koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas).

Saat itu, PT MPM diminta melakukannya dengan dana sendiri terlebih dahulu sebelum adanya kucuran dana dari Bank DKI. Namun dalam perkembangannya, pada saat penerapan tiket elektronik diluncurkan di Monas pada 22 Januari 2013, perusahaan yang diberi wewenang dalam pengelolaan tiket elektronik justru adalah PT Gamatechno.

Sementara di sisi lain, Bank DKI belum juga mencairkan dana untuk PT MPM sehubungan dengan fasilitas yang mereka bangun di koridor IV dan VI.

"Kami sangat khawatir dana investasi di koridor IV dan VI terbengkalai. Padahal sampai saat ini Bank DKI masih mempergunakan fasilitas yang telah kami bangun di koridor IV dan VI. Kami merasa tidak ada niat baik dari Bank DKI untuk menyelesaikan masalah ini," kata Direktur Utama PT MPM Tedja Sukmana, di Jakarta, Kamis (4/9/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com