Tyas menceritakan pada masa awal transjakarta dioperasikan tahun 2004. Pada masa tersebut, Wakil Presiden saat itu, Hamzah Haz, pernah disindir oleh Gubernur DKI Sutiyoso karena pernah menyerobot jalur khusus itu.
"Wapres Hamzah Haz saja pernah disemprit Sutiyoso gara-gara masuk jalur busway. Konsep awal itu kan, busway memang cuma untuk transjakarta. Sekarang kenapa ada bus lain yang juga masuk ke situ," ujar dia kepada Kompas.com, Rabu (7/1/2015).
Tyas berpendapat, kalaupun APTB hendak dioperasikan sebagai angkutan pengumpan, seharusnya rute bus hanya sampai di ujung koridor transjakarta. Sementara itu, APTB saat ini berjalan beriringan dengan transjakarta di busway.
Tyas juga menyoroti sistem tiket pada APTB. Petugas masih memungut uang tunai kepada penumpang di dalam bus seperti bus-bus ekonomi reguler pada umumnya. Hal itu menyebabkan penumpang yang naik dari selter transjakarta harus melakukan pembayaran dua kali, Rp 3.500 saat masuk ke selter, dan Rp 6.000 untuk ongkos naik APTB.
"Misalnya kalau dari arah Bogor, ya harusnya cuma sampai Cawang. Yang dari Depok cuma sampai Ragunan. Kemudian busnya putar balik, penumpangnya lanjut naik transjakarta. Tiketnya pun harus terintegrasi, bukan seperti sekarang," ucap dia.
Sebelumnya, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menginstruksikan Dinas Perhubungan DKI untuk tegas memberhentikan operasional bus APTB, dan pengelolaan bus akan digabung dengan PT Transjakarta. Dia mengancam bakal memecat Kepala Dinas Perhubungan DKI Benjamin Bukit jika tak berani tegas menghapus APTB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.