Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Sudah Tolak, Djarot Kembali Hidupkan Wacana "Deep Tunnel"

Kompas.com - 13/02/2015, 14:26 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat kembali menghidupkan wacana pembangunan terowongan multifungsi raksasa bawah tanah (deep tunnel).

Sebelumnya wacana gagasan Joko Widodo saat menjadi Gubernur DKI ini sudah ditolak oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Selain itu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga menilai pembangunan deep tunnel tidak layak. 

"Terobosan terowongan multifungsi ini sudah dilakukan di banyak negara bukan hanya untuk membantu mengalirkan debit air saat musim penghujan, tapi bisa digunakan untuk yang lain seperti transportasi, pengolahan limbah, dan penyediaan air bawah tanah," kata Djarot, di Balai Kota, Jumat (13/2/2015). 

Djarot berpendapat pemerintah DKI sebelumnya tidak berani merealisasikan wacana ini. Sebab, Pemprov DKI saat itu berpikir proyek ini akan membebankan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan APBD.

Djarot menekankan, proyek ini murni pembiayaan investor swasta. Djarot mengklaim proyek yang telah ditawarkan sejak tahun 2007 ini tidak mengganggu arus lalu lintas ketika pembangunannya serta tidak perlu membebaskan lahan kembali.

"Tinggal nanti saya koordinasi dengan instansi terkait, karena ini tanggung jawab pemerintah pusat juga," kata mantan Wali Kota Blitar itu sesumbar. 

Di sisi lain, Djarot mengklaim sudah ada pihak swasta yang tertarik membangun deep tunnel di Jakarta. Hingga saat ini, lanjut dia, Pemprov DKI sedang mengkaji technical planning serta rencana bisnisnya.

Ia menargetkan kajian itu selesai April mendatang. Djarot mengatakan proyek deep tunnel itu akan membantu aliran air Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kanal Banjir Timur (KBT). KBT, lanjut dia, belum berfungsi secara optimal meminimalisir banjir, karena hanya mengurangi sekitar 20-30 persen.

"Lokasi (pembangunan deep tunnel) nanti, tapi ada, sangat memungkinkan Jakarta membangun deep tunnel. Sekarang kami harus kebut (pembangunan deep tunnel) supaya bisa maksimal," kata Djarot. 

Sebelumnya, saat masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok, menganggap proyek deep tunnel tidak layak dibangun. Sebab, kata Basuki, konsep deep tunnel yang dibangun di Malaysia berbeda dengan yang akan dibangun di Jakarta.

Ia mengaku, tak sedikit investor yang tertarik membangun megaproyek itu di awal pemerintahannya bersama Jokowi. Namun, pihak investor itu tidak lagi menyambanginya. Hal itu berarti pihak investor telah mengetahui apakah proyek tersebut layak dibangun atau tidak. 

Dalam pembangunan proyek besar, Basuki enggan berspekulasi. Lebih baik, pihak swasta yang melakukan uji kelayakan. Apabila memang layak, nantinya swasta pula yang akan meraup keuntungannya.

"Walaupun kita enggak menaruh uang, tapi tetap kita masukkan proyeknya ke rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2013-2017," ujarnya saat itu. 

Sekadar informasi megaproyek deep tunnel nantinya dapat berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi, jalan tol, fiber optik, penyaluran air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari MT Haryono sampai Pluit. Megaproyek ini bernilai Rp 16 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com