Ari (21), warga RT 024/RW 01, mengaku, sudah tinggal selama 15 tahun di daerah Sunter Jaya. Menurutnya, banjir kali ini lebih lama dibanding banjir tahun-tahun sebelumnya. "Daerah ini memang sering banjir, tetapi biasanya satu hari sudah surut," katanya, pada Kamis (12/2).
Ayah satu anak itu mengatakan, ketinggian air mencapai satu meter saat banjir melanda. "Air masuk ke dalam rumah, saya dan keluarga mengungsi di tempat yang sudah disediakan lurah," katanya.
Banjir di daerah Sunter merupakan hasil luapan dari Kali Sunter dan Danau Sunter. Akibatnya, luapan air menggenangi pemukiman sekitar Sunter Jaya.
Banjir yang parah ini juga dirasakan pemukim yang baru saja pindah ke Sunter. Ninggar (29), warga Mandor Raya, Sunter Jaya, mengaku, baru tinggal selama tiga tahun bersama suami dan anaknya. Menurut dia, tahun lalu juga sempat banjir tetapi tidak sampai masuk rumah dan dalam waktu satu hari banjir sudah surut. "Banjir kali ini paling lama," ujarnya.
Ninggar yang sehari-hari berprofesi sebagai guru tersebut, mengaku, selama tiga hari ini belum bisa mengajar karena kondisi jalan yang masih digenangi air.
PLN siaga
General Manager PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Haryanto WS, menjelaskan, pihaknya akan memasang jaringan kabel udara khusus ke pompa-pompa di seluruh waduk di Jakarta. "Kami juga mengusulkan kepada pemerintah untuk menyiapkan Generator Set cadangan yang lebih optimal menahan beban pompa air," jelasnya.
Dalam waktu 12 bulan PT. PLN juga akan meninggikan posisi gardu-gardu di tempat yang berpotensi warga agar tidak membahayakan pelanggan PLN dan masyarakat sekitar gardu.
Ia menambahkan, pemadaman listrik yang dilakukan saat banjir kali lalu memang sengaja dilakukan, karena akan membahayakan 1.850 pelanggan PLN yang memiliki instalasi. "Kalau kami tidak padamkan akibatnya akan semakin parah, makanya kita butuh genset yang kuat," jelasnya.
Untuk beberapa waktu kedepan PLN akan membangun jalur khusus jaringan ke pompa-pompa air yang prioritas. "Mudah-mudah dengan begitu banjir bisa diminimalisasi," tambahnya.
Nyawa Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sistem pompa menjadi nyawa Kota Jakarta karena lokasinya lebih rendah dari muka air laut. Untuk itu dia memastikan kondisi pompa tidak boleh mati saat hujan deras dan banjir melanda Jakarta.
"Kami akan pikirkan caranya agar pompa bisa terus hidup. Saya tidak ingin ada alasan pompa mati karena listrik dimatikan. (Kalau harus pakai) genset, ya sudahlah (pakai) genset," ujar Basuki, Kamis (12/2), seusai meninjau beberapa lokasi banjir di Sunter dan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Genangan di dua wilayah itu sudah surut. Sebelumnya kedua wilayah itu cukup parah dilanda banjir, bahkan aksesnya sempat terputus.
"Kelapa Gading luasnya sampai 1.200 hektar. Kita tidak bisa membebankan sistem penanggulangan banjirnya ke Sunter. Daerah itu harus punya waduk atau danau sendiri. Ini sesuai dengan kajian Belanda tahun 1973," kata Basuki.
Pemprov DKI Jakarta berencana membangun waduk di Marunda dan sistem pompa di Kelapa Gading. Basuki juga meminta para pengembang untuk ikut memikirkan sistem penanggulangan banjir saat membangun perumahan di kawasan Jakarta Utara.
Basuki juga meminta agar Kementerian Pekerjaan Umum segera menyelesaikan perbaikan tanggul yang sempat jebol di Kelapa Gading. "Saya mau pastikan agar pekerjaan itu cepat selesai. Kalau tanggul sudah selesai, air tidak akan meluap sampai ke jalan dan jalur perekonomian tetap aman, katanya. (Fransisca Romana Ninik/B09)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.