Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Pusing, Harus Beli Air Rp 30.000 Sehari

Kompas.com - 16/02/2015, 13:07 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Warga di RT 10 RW 01 di Blok A dan Blok B, Kebon Pisang, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, pusing lantaran pasokan air yang biasa disalurkan dari menumpang di Rusun Cilincing, diputus sejak seminggu belakangan. Sebab, mereka kini harus membeli air.

Menurut Leli (33), sejak Rabu (11/2/2015), warga membeli air di pedagang air keliling. Biaya membeli air dirasa lebih berat bagi warga. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga mesti membeli enam jirigen air pada pagi hari dan enam lagi jirigen di malam harinya. Total menjadi 12 jirigen. Setiap enam jirigen atau satu gerobak, warga membelinya dengan harga Rp 15.000.

"Jadi kalau sehari itu bisa sampai Rp 30.000 kita beli air. Kitanya pusing biayanya besar," kata Leli, saat ditemui di kantor Aetra Cabang Jakarta Utara, Senin (16/2/2015).

Menurut Leli, harga Rp 15.000 itu dapat turun menjadi Rp 10.000, jika warga mau mengambil sendiri air di penjual air tanpa diantar. Namun, hal itu menyusahkan warga. Sebab, lanjut dia, sebagian pembeli air adalah para wanita sehingga pekerjaan itu menjadi berat. Belum lagi, jika memilih mengambil sendiri, warga mesti mengantri sekitar 3 jam baru mendapat air.

"Berat ngangkatnya, badan pegel. Lumayan jauh dari tempat tinggal. Apalagi yang ambil kita-kita ini perempuan. Suami kan kerja nyari duit," ujar Leli.

Nunung Sumiati (32), warga lainnya mengatakan, warga terkadang menggunakan air hujan seminggu belakangan untuk mendapatkan tambahan air bagi keperluan mencuci pakaian. Namun, bila tak ada air sama sekali, pakaian menumpuk akibat tak dapat dicuci. "Mau mandi saja susah," ujar Nunung.

Sebelumnya, sekitar 180 keluarga yang bermukim di tanah Rusun Cilincing, mendatangi kantor Aetra Cabang Jakarta Utara. Para warga mengeluhkan sudah seminggu belakangan pasokan air milik warga yang menumpang dari dalam Rusun Cilicing, diputus oleh pihak Aetra. Ada sekitar 180 keluarga yang mengalami hal ini. Saat ini, pihak warga masih bertemu dengan pihak Aetra untuk membicarakan masalah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com