Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Video Konsultan "E-budgeting" yang Dicecar Panitia Hak Angket DPRD DKI

Kompas.com - 12/03/2015, 09:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemprov DKI telah mengunggah video rapat Tim Hak Angket DPRD DKI dengan seorang konsultan e-budgeting. Rekaman video menunjukkan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budihartono dan jajarannya yang dipersilakan ke luar ruangan, hingga cecaran terhadap konsultan e-budgeting, Gagat Wahono.

Video tersebut berjudul 11 Mar 2015 Penjelasan Konsultan E-Budgeting kepada Panitia Hak Angket DPRD dengan durasi 1 jam 35 menit 38 detik. Sepanjang video, Tim Hak Angket DPRD DKI mempertanyakan tentang keabsahan Gagat sebagai konsultan e-budgeting hingga sistem pada e-budgeting tersebut.

Dalam rapat itu, Gagat mengakui bahwa dialah yang membuat sistem e-budgeting yang digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menyusun APBD. Untuk hal ini, Gagat hanya membawa nama perseorangan, bukan perusahaan.

Gagat juga mengatakan, ia diminta oleh Pemprov DKI Jakarta, dalam hal ini BPKAD, untuk membantu sistem teknologi informasi e-budgeting. Jumlah konsultan ini hanya empat orang, bukan 20 orang seperti yang selama ini disebutkan.

"Saya baca di media itu 20 orang. Itu siapa ya? Jadi, saya itu hanya berempat. Itu pun di awal saja. Nah, kalau sudah selesai, kami tinggal satu atau dua orang, untuk mengawal," ujar Gagat kepada Tim Hak Angket di DPRD DKI, Rabu.

Tim Hak Angket kemudian menanyakan nominal yang dibayar Pemprov DKI untuk membeli sistem ini. "Kami enggak jual, Pak. Saya ngomong pengabdian, selama sistem itu bermanfaat," jawab Gagat kepada Tim Hak Angket.

Segala penjelasan dari Gagat menimbulkan pertanyaan dari Tim Hak Angket. Anggota Tim Hak Angket dari Fraksi Demokrat, Ahmad Nawawi, pun melontarkan pertanyaan kepada Gagat. "Ini kan Bapak masuk perseorangan, padahal yang Bapak jalankan itu data rahasia negara. Gimana cara Bapak semudah itu bisa lihat seluruh data?" tanya Nawawi.

"Ya itu saya tidak tahu semua, Pak. Meski ada di server, saya enggak ada kepentingan lihat data itu, kecuali ada izin. Sejak 2015, peran saya sudah kecil," ujar Gagat.

"Itu komitmen kami. Kami merasa profesional. Memang kalau orang IT itu, kalau mau jahat bisa lebih jahat dari orang lain, Pak. Akan tetapi, kami enggak lakukan itu," tambah Gagat.

Pertanyaan Tim Hak Angket tidak berhenti sampai di situ. Mereka melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi. Salah satunya dari Verry Yennevyll yang berasal dari Fraksi Partai Hanura.

"Banyak hal luar biasa di luar dugaan kita. Perseorangan bisa dicari BPKAD sampai ke Surabaya. Enggak pakai perusahaan, ketemu yang namanya Pak Gagat buat ngurusin e-budgeting puluhan triliun," ujar Verry.

"Kami mau minta SK pengangkatan Bapak. Kalau enggak bisa tunjukin, berarti ada yang salah. Yang penting cara yang benar, bukan niat yang benar," kata Rois Handayana, anggota Tim Hak Angket dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

"Ini benar enggak Bapak (dari) pemda? Atau ada yang bayar Bapak hingga Bapak bisa ada di sini?" kata Rois.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com