Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/03/2015, 12:33 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Satu konsultan e-budgeting Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Gagat Wahono, sendirian dalam menghadapi Tim Hak Angket DPRD setelah Ketua Tim Hak Angket Muhammad Sangaji meminta Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budihartono dan jajarannya untuk meninggalkan ruang rapat, Rabu (11/3/2015).

Dalam rapat tersebut, Gagat mengakui bahwa dialah yang membuat sistem e-budgeting yang digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menyusun APBD. Untuk hal ini, Gagat hanya membawa nama perseorangan, bukan perusahaan.

Gagat juga mengatakan, ia diminta oleh Pemprov DKI Jakarta, dalam hal ini BPKAD, untuk membantu sistem teknologi informasi e-budgeting. Jumlah konsultan ini hanya empat orang, bukan 20 orang seperti yang selama ini disebutkan.

"Saya baca di media itu 20 orang. Itu siapa ya. Jadi, saya itu hanya berempat. Itu pun di awal saja. Nah, kalau sudah selesai, kami tinggal satu atau dua orang saja untuk mengawal," ujar Gagat kepada Tim Hak Angket di DPRD DKI, Rabu.

Tim Hak Angket kemudian menanyakan nominal yang dibayar Pemprov DKI untuk membeli sistem ini. "Kami enggak jual, Pak. Saya ngomong pengabdian, selama sistem itu bermanfaat," jawab Gagat kepada Tim Hak Angket.

Segala penjelasan dari Gagat menimbulkan pertanyaan dari Tim Hak Angket. Panitia Tim Hak Angket dari Fraksi Demokrat, Ahmad Nawawi, pun melontarkan pertanyaan kepada Gagat. "Ini kan Bapak masuk perseorangan, padahal yang Bapak jalankan itu data rahasia negara. Gimana cara Bapak semudah itu bisa lihat seluruh data?" tanya Nawawi.

"Ya itu saya tidak tahu semua, Pak. Meski ada di server, saya enggak ada kepentingan lihat data itu, kecuali ada izin. Sejak 2015, peran saya sudah kecil," ujar Gagat.

"Itu komitmen kami. Kami merasa profesional. Memang kalau orang IT itu, kalau mau jahat bisa lebih jahat dari orang lain, Pak. Tapi, kita enggak lakukan itu," tambah Gagat.

Pertanyaan Tim Hak Angket tidak berhenti sampai di situ. Mereka melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi. Salah satunya dari Verry Yennevyll yang berasal dari Fraksi Partai Hanura.

"Banyak hal luar biasa di luar dugaan kita. Perseorangan bisa dicari BPKAD sampai ke Surabaya. Enggak pakai perusahaan, ketemu yang namanya Pak Gagat buat ngurusin e-budgeting puluhan triliun," ujar Verry.

"Kami mau minta SK pengangkatan Bapak. Kalau enggak bisa tunjukin berarti ada yang salah. Yang penting cara yang benar, bukan niat yang benar," kata Rois Handayana, anggota Tim Hak Angket dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

"Ini benar enggak Bapak pemda? Atau ada yang bayar Bapak hingga Bapak bisa ada di sini?" kata Rois.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com