Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2015, 19:37 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota fraksi PDI-P DPRD DKI Syahrial tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama soal sistem e-budgeting. Dia menganggap Basuki tidak paham posisi e-budgeting di dalam siklus penyusunan dan pembahasan anggaran.

"E-budgeting bukan salah satu siklus pembahasan anggaran. Gubernur kita ini lucu. Masa e-budgeting sudah diberlakukan tetapi kita masih disuruh bahas," kata Syahrial, Rabu (18/3/2015).

Syahrial yang juga anggota Badan Anggaran (Banggar) mencontohkan pemahaman Basuki soal e-budgeting di mana anggaran sudah di-input sebelum pembahasan dengan DPRD DKI. Menurut siklus pembahasan anggaran yang tertera pada Peraturan Daerah, sebelum anggaran ditetapkan, harus ada pembahasan bersama antara Pemprov DKI dan DPRD.

"Idealnya, e-budgeting bukan sebelum anggaran (dibahas), tetapi setelahnya. Karena APBD sekarang lagi dibahas, otomatis e-budgeting harus dibuka. Dengan menyuruh Pemda untuk membahas ulang, membuka ruang untuk menambah, mengurangi, dan sebagainya," kata Syahrial.

Sebelumnya, terdapat dua versi dokumen RAPBD DKI tahun 2015, yaitu versi Pemprov DKI dan DPRD DKI. Pemprov DKI melalui sistem e-budgeting mengirimkan RAPBD versi mereka ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Sedangkan DPRD DKI menganggap dokumen yang dikirim Pemprov DKI palsu dan melanggar hukum karena tanpa pembahasan bersama DPRD.

Namun pada akhirnya, dokumen yang diterima oleh Kemendagri adalah RAPBD versi Pemprov DKI. Bahkan sudah diterima dan dievaluasi oleh Kemendagri yang pada hari ini dibahas bersama dalam rapat pembahasan Pemprov DKI dengan DPRD.

RAPBD versi Pemprov DKI yang kini jadi APBD hanya tinggal menunggu kesepakatan dengan DPRD. Jika DPRD dan Pemprov menyepakati maksimal hari Jumat (20/3/2015) mendatang, maka DKI akan punya APBD baru, yakni APBD 2015.

Jika tidak mencapai suatu kesepakatan, DKI dipastikan menggunakan APBD Perubahan tahun 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com