"Kalau (limbah) dari pabrik enggak ada ya. Potensi pencemaran dari home industry, misalnya pabrik tahu di Rawa Buaya, RW 04. Itu memang di pinggir kali, cuma bukan Kali Mookervart, tapi Kali Anak Pesanggrahan," kata Ali, Jumat (10/4/2015).
Menurut Ali, pabrik-pabrik besar wajib memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga tidak bisa membuang limbah sembarangan. Namun usaha rumahan ini tidak diwajibkan menerapkan IPAL sehingga berpotensi membuang limbah hasil produksinya ke tempat lain, seperti kali.
Dia juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang tinggal dekat dengan Kali Mookervart. Ali melihat bahwa air limbah rumah tangga, seperti air bekas cucian baju dan peralatan dapur, turut dibuang ke kali. Jumlah limbah per rumah tangga sendiri diakui memang tidak besar, tetapi jika ada banyak rumah tangga yang berperilaku sama, maka akan berdampak besar pada kondisi kali.
Dia pun mengaku sudah melakukan langkah tangkap tangan bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan. Namun, hal ini terkendala dengan keterbatasan jumlah personel di lapangan. Kotornya Kali Mookervart juga tidak bisa dilihat di wilayah Cengkareng juga, karena menurut Ali, hulu Kali Mookervart ada di Tangerang. Sehingga, diperlukan langkah-langkah strategis antarwilayah untuk memulihkan Kali Mookervart.
Pantauan Kompas.com di Kali Mookevart dekat perempatan Rawa Buaya, airnya hitam pekat dan tidak mengalir layaknya kali yang lain. Di beberapa tempat, banyak terjadi pengendapan tanah sehingga menyebabkan pendangkalan dasar sungai. Selain itu, aroma tidak sedap dari kali sudah bisa tercium bahkan dari jarak jauh.