Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Dapat Laporan Unit Rusun Pulogebang Dijual Rp 20 Juta

Kompas.com - 20/04/2015, 13:26 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan bakal mengecek laporan perihal jual beli unit rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pulogebang, Jakarta Timur. Laporan yang diterimanya, unit rusunawa Pulogebang dijual Rp 15-20 juta tiap unitnya. 

"Makanya mesti kami cek. Kan sudah saya bilang, di bawah tuh pasti bisa terjadi sesuatu. Kadang-kadang PNS itu kami tangkap, dia alasan 'bukan saya', yang jual tuh siapa? Oknum RW, oknum penghuni," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (20/4/2015). 

Menurut Basuki, penghuni di rusun sudah seperti agen properti. Mereka menawarkan harga kepada warga untuk mendapat unit rusun.

Sayangnya, lanjut Basuki, masih banyak warga yang tergiur tawaran tersebut. Padahal, untuk mendapat unit rusun kepemilikan Pemprov DKI, tidak dikenakan biaya sepersenpun. Warga kurang mampu tinggal mendaftar di Dinas Perumahan dan Gedung Pemda dan menyerahkan tanda pengenal, KTP DKI. 

Oleh karena itu, penghuni rusunawa wajib memiliki rekening Bank DKI dan membayar secara sistem autodebet tiap bulannya. Selain itu, penghuni rusun juga diberi KTP dengan alamat domisili di rusun tersebut.

Para pejabat yang menghambat penggunaan sistem autodebet ini, kata Basuki, segera dijadikan staf. Menurut Basuki, kasus di Rusunawa Pulogebang sama halnya seperti kasus jual beli unit Rusunawa Muara Baru.

"Kami dapat 40 unit lebih (penghuni liar di Rusun Muara Baru). Jadi strategi kami, silakan saja orang yang mau curang. Niat beli niat jual, kami biarin aja. Nah begitu tengah malam, kami razia kayak di Rusun Muara Baru ada 400 unit, kami baru dapat 40-an unit, sekitar 46 unit (penghuni liar). Jadi biar saja orang mau jual, mau beli, begitu kami razia tengah malam, kami sita unit kamu dan kamu kehilangan Rp 20 juta," kata Basuki.

Strategi yang digunakan Basuki di Rusunawa Muara Baru juga akan diterapkan di Rusunawa Pulogebang. Pasalnya, Basuki merasa kesulitan menemukan banyak oknum di lapangan. Mulai dari warga, penghuni, oknum pejabat di sana, hampir semuanya "bermain" dalam jual beli unit rusun.

"Bayangin yang pakai rusun ini juga main, terus warga yang suruh saya lapor kalau dia lihat orang mencurigakan, enggak berani juga (lawan). Karena orang Jakarta mengerti sekali pepatah, 'buat apa ada musuh, untuk apa dibenci orang'. Nah itu juga masalah gitu," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com