"Seminggu ini saya disuruh kerja setiap hari. Katanya ada acara apa, gitu. Biasanya saya libur setiap Selasa," kata perempuan berbaju oranye itu. Astari tak mengetahui acara besar apa yang sedang berlangsung di pusat kota Jakarta pekan ini. Tanpa memedulikan polisi dan tentara yang ramai berjaga di pinggir jalan, ia tetap fokus mengumpulkan sampah.
Astari mengatakan, dirinya sudah 15 tahun bergelut dengan sapu lidi, gerobak sampah, dan trotoar. Setiap pukul 05.00, ia sudah memulai aktivitasnya membersihkan jalanan. Siangnya, ia istirahat dan melanjutkan pekerjaannya pukul 14.00-16.00. Biasanya, Astari bertugas membersihkan Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.
Namun, sepanjang pekan ini, ia ditugaskan membersihkan jalan sepanjang Bundaran HI sampai lampu pengatur lalu lintas perempatan Sarinah. Ia menjadi satu dari ratusan pekerja yang dikerahkan untuk menjaga jalanan tetap bersih selama penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, 19-24 April ini. "Nyapu di sini (Bundaran HI) lebih enak, sampahnya sedikit. Kalau di Cendana, daun-daun pohonnya lebih banyak," ujarnya.
Sekitar pukul 05.30, rekan kerja Astari, Said (46), datang tergopoh-gopoh menarik gerobak sampah. Sedikit terburu-buru, ia mulai menyapu trotoar di sekitar Bundaran HI. "Saya kesiangan. Semalam begadang nonton bola," ujarnya sambil nyengir.
Hari Minggu itu, acara hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) ditiadakan karena jalanan mulai disterilkan guna menyambut para tamu kehormatan dari 86 negara yang diundang. Negara-negara tersebut telah mengonfirmasi kehadirannya dalam Peringatan 60 Tahun KAA ini (Kompas, 19/4).
Namun, ratusan warga Jakarta yang tidak mengetahui peniadaan HBKB tersebut tetap memenuhi kawasan Bundaran HI untuk berolahraga. Mereka bingung melihat banyak kendaraan bermotor masih berseliweran.
Fajar (45), pegawai swasta, tiba di Bundaran HI sekitar pukul 06.00. Ia bertanya kepada petugas kebersihan mengapa masih banyak mobil lalu lalang di tempat yang seharusnya bebas kendaraan bermotor. "Kemarin teman saya sudah bilang tidak ada HBKB, tapi saya kira dia cuma ngerjain," kata Fajar.
Orang-orang yang tidak jadi berolahraga itu kemudian duduk-duduk di sekitar trotoar. Hal ini menyebabkan pekerjaan Astari dan Said terganggu. Beberapa warga ada yang langsung pindah saat sapu Astari mendekat ke arah mereka. Sebagian lagi tampak cuek dan malas beranjak sehingga petugas kebersihan tersebut berpindah ke tempat lain.
"Kalau ramai begini memang agak susah. Selesainya juga lebih lama," ujar Astari sambil mengelap keringat di balik topi merahnya. Ia sudah menyapu sepanjang 300 meter tanpa istirahat. Namun, ibu dua anak ini mengatakan menikmati pekerjaannya dan tidak pernah merasa minder.
Astari digaji Rp 2,7 juta per bulan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Uang itu digunakan untuk membayar kontrak rumah dan biaya makan sehari-hari. Sejak 17 tahun lalu, ia membesarkan kedua anaknya sendiri karena suaminya telah meninggal. Suami Astari yang juga penyapu jalan tertabrak taksi ketika bertugas.
Sementara itu, Said di Jakarta tinggal di pos Dinas Kebersihan di dekat Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat. Istri dan anaknya tinggal di Bogor. Ia biasanya pulang setiap bulan untuk menengok keluarganya.
Sekitar pukul 08.00, pekerjaan Astari dan Said menampakkan hasil. Kawasan Bundaran HI bersih dari sampah yang tertinggal dari malam sebelumnya. Pusat kota yang bersih dan pagi yang cerah pun siap menyambut para tamu negara yang akan melewati jalan tersebut. (B06)
------------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di Harian Kompas edisi Rabu (22/4/2015) dengan judul "Penyapu Jalan Pun Menyambut KAA"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.