"Ah, itu dia yang jadi kendala sampai sekarang. Saya saja pusing ngurusnya," kata Kepala Terminal Dalam Kota Kalideres Rendy Manalu kepada Kompas.com, Jumat (22/5/2015).
Menurut Rendy, para sopir memilih mengetem langsung di jalan ketimbang di dalam terminal agar bisa langsung menggaet penumpang. Padahal, para penumpang yang menggunakan transjakarta dan bus lain pasti turun di dalam terminal.
"Makanya, ini lucu juga kalau dipikir-pikir. Kenapa enggak di dalam saja, kan sama-sama dapat penumpang? Pas sudah penuh, tinggal berangkat. Enggak usah ngetem di jalan," tambah Rendy.
Berdasarkan pantauan Rendy dan jajarannya, tidak semua penumpang yang berjalan kaki memilih keluar terminal untuk naik angkot. Bahkan, sebagian memang sengaja jalan kaki untuk menyeberang dan menuju tempat tinggal mereka yang berada di daerah Semanan dan Duri Kosambi. Untuk bisa mencapai daerah yang tepat di seberang terminal, mereka memang harus menyeberang.
Salah satu sopir angkot, Hidayat (47), mengaku lebih senang mengetem di badan jalan karena lebih efektif. Hidayat menganggap, jika dirinya tetap memaksakan ngetem di dalam terminal, maka penumpang pasti diambil sopir angkot lain.
"Kami kan rebutan sama yang lain kalau ngambil penumpang. Bisa dapat apa kalau ngetem di dalam?" tanya Hidayat.
Pemantauan Kompas.com, para sopir ini menguasai sebagian badan jalan, dan bisa berderet-deret sampai ke daerah Rawa Buaya. Pada jam pulang kerja, antrean kendaraan bahkan bisa memanjang hingga ke Jalan Layang Pesing. Hal ini menyebabkan arus lalu lintas di sekitarnya tersendat.