Foto Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berjas dan berdasi saat bersiap-siap menaiki sepedanya lengkap dengan ber-panier mengundang komentar di media sosial.
”Pakai jas dan dasi. Tidak di ruangan ber-AC aja gerah. Kalau plus mengayuh, masak sih enggak gerah dan tersiksa. Ini negeri tropis. Suhu 35-an derajat dengan kelembapan nyaris 100 persen. Maka saya mengatakan, Ridwan Kamil lebay, berlebihan,” komentar Tedi Kresna Wardana, pekerja bersepeda di akun sosial medianya.
Kang Emil, panggilan akrab Wali Kota Bandung, pun gerah. Akhir pekan lalu, melalui akun resminya ”M Ridwan Kamil” pun menyahut. ”Di Bandung suhu 20-23 derajat C, nyaman. Jangan dibandingkan dengan logika Jakarta, Mas. Saya berpakaian sesuaikan dengan agenda awal di hari kerja. Kadang sporty, kadang lapangan. Kadang pake jas kalau harus rapat formal di DPRD seperti yang disebut Mas Tedi sebagai lebay itu,” katanya.
Seperti biasa, masyarakat medsos langsung gaduh menanggapi Tedi dan Kang Emil. ”Kang Emil setiap hari bike to work. Makanya sebaiknya bertanya sebelum mengomentari. He-he,” kicau akun Atalia Praratya. Atalia Praratya adalah nama istri Ridwan Kamil.
Tedi maupun Kang Emil bisa jadi sama-sama benar. Bersepeda di kota besar, apalagi di Jakarta, bukan perkara gampang.
Kendala yang dihadapi tidak melulu soal cuaca Jakarta yang panas-gerah-polutif. Sampai di kantor, baju lepek dan berkeringat bau. Apalagi, banyak kantor tidak menyiapkan tempat mandi.
Belum lagi masalah keamanan berlalu lintas di Jakarta yang sama sekali tidak menghargai para pesepeda, tidak seperti di negara maju yang sudah beradab. Pengendara motor, pengendara mobil pribadi, angkutan umum—apalagi kopaja atau metromini, hiii menakutkan—seperti siap melibas mereka yang bersepeda.
Hanya para pekerja bersepeda”garis keras” yang mau bersepeda ke tempat kerjanya. Apalagi, kebanyakan dari pekerja Jakarta tinggal di pinggiran Ibu Kota yang jarak rumahnya bisa lebih dari 25 kilometer ke tempat kerja.
Untuk itu, banyak gagasan yang sudah disampaikan kepada Pemprov DKI Jakarta. Mulai dari perlunya dibangun jalur sepeda di Ibu Kota, bike sharing, hingga yang diusulkan Cyclist Urban System (CUS) yang menjadi pemenang ketiga di ajang Jakarta Urban Challenge, kemarin.
CUS mengusulkan, ada semacam ”pusat pengendara sepeda” di Jakarta. Di situ, pengendara sepeda dapat memarkir sepeda mereka, berganti pakaian, memperbaiki sepeda mereka, menyewa sepeda, dan sebagainya.
Namun, usulan itu akan tetap berlalu sejauh Pemprov DKI Jakarta mengabaikan para pejalan kaki dan pesepeda. Mereka seharusnya berada pada hierarki tertinggi pengguna jalan di Ibu Kota, tidak seperti yang kini terjadi.
----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Jumat, 12 Juni 2015, dengan judul Bersepeda (Tidak) ”Lebay”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.