Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inikah Rencana Pemprov DKI untuk Kampung Pulo?

Kompas.com - 24/06/2015, 00:13 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Komunitas Ciliwung Merdeka menggelar diskusi mengenai nasib Kampung Pulo terkait rencana pemerintah melakukan normalisasi di Sungai Ciliwung. Pada diskusi yang digelar Selasa (23/6/2015) itu, dipaparkan mengenai rencana "baru" pemerintah untuk wilayah Jatinegara, Jakarta Timur tersebut. Melalui ilustrasi potongan skematik, digambarkan pemerintah DKI mengubah struktur ruang Kampung Pulo sesuai Perda RDTR (rencana detail tata ruang) DKI 2014. 

Dijelaskan, Pemda DKI hendak menyodet lurus Sungai Ciliwung yang melintasi Kampung Pulo. Jalur asli Sungai Ciliwung yang berkelok mengelilingi Kampung Pulo akan disodet ke arah jembatan Tongtek, yang bersebelahan dengan Bukit Duri. Rencana ini disebut-sebut belum diketahui oleh warga Kampung Pulo.

"Kenapa perencanaan ini warga tidak tahu? Sungai akan disodet dan dilebarkan. Kita tanya warga yang di tengah Kampung Pulo, mereka merasa tidak tahu (rencana itu). Mereka tahunya yang kena warga yang di bantaran," papar Ivana, arsitek koordinator tata ruang, dalam diskusi yang diselenggarakan Ciliwung Merdeka, di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (23/6/2015).

Kemudian, lahan Kampung Pulo, lanjutnya akan dibangun beberapa rusun umum. Disebutkan, rusun yang dibangun akan memiliki 32 lantai. Rusun itu diperuntukkan bagi warga Kampung Pulo. Menurutnya, rencana ini telah disahkan oleh Pemda DKI.

"Perda-nya sudah dikeluarkan," ujar Ivana.

Padahal, komunitas Ciliwung Merdeka tengah memperjuangkan keberadaan Kampung Pulo. Pemukiman ini disebut punya nilai historis. Ciliwung Merdeka melakukan riset dan menemukan Kampung Pulo memiliki tempat bersejarah seperti makam keramat Kiai Hasyim. Ada pula legenda tentang Kumpi Zakaria, yakni cerita tentang penduduk asli Kampung Pulo yang melahirkan anak buaya. Diyakini, keturunan keluarga itu masih tinggal di Kampung Pulo.

"Jadi keluarga ini bisa menyelam di Sungai Ciliwung di atas rata-rata. Kalau ada yang hilang di sungai, keluarga ini dimintai tolong. Bahkan masih ada yang suka memberikan daging (untuk sesajen) ke sungai," ujar Ivana.

Riset komunitas mengatakan, ada cerita di balik nama Kampung Pulo. Kampung Pulo, wilayahnya dikelilingi oleh Sungai Ciliwung. Makanya, kampung ini di namakan seperti itu karena seperti pulau tersendiri yang dikelilingi sungai. Itu tadi adalah sebagai dari sisi sejarahnya.

Dari sisi ekonomi, lanjutnya, Kampung Pulo ternyata memiliki 30 jenis kegiatan ekonomi (UKM), mulai dari pemotongan ayam, pembuatan kue kering, cendol, bakwan malang, dan pabrik tahu. Pabrik tahu itu disebut turut menyuplai bagi 12 pasar di Jakarta.

Cara Tertutup

Direktur Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi mengatakan, cara tertutup kadang dilakukan Pemprov DKI dalam mendesain perubahan tata ruang. Sejak zaman Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo hingga, sebutnya, soal tata kota pemerintah kerap tertutup.

"Nyaris tidak pernah ada yang tertulis, kalau ada aturan baru, yang menyangkut kehidupan (mengenai) tata kota, apalagi peta-peta, peta bidang. Tidak bisa sampai terbuka dengan alasan warga ini ilegal yang akan direlokasi dan sebagainya. Apalagi kalau yang minta dari LSM atau LBH, itu tidak pernah," ujar Sandyawan.

Sandyawan mengatakan, pihaknya tidak menolak pemerintah melakukan normalisasi. Tetapi, hendaknya menyerap aspirasi dan mempelajari sosial warga. Komunitasnya mendorong pemerintah menata Kampung Pulo. Konsepnya yakni dengan membuat Kampung Susun Manusiawi.

Ia menggagas ke pemerintah mengenai pembangunan tempat tinggal vertikal empat lantai. Tempat tinggal vertikal itu nantinya adalah rusunami atau rumah susun milik. Tidak seperti yang direncanakan pemerintah mengenai pembangunan rusun sewa di kawasan tersebut.

"Kita akan mencoba mengembangkan masalah ini menjadi usulan-usulan yang konstruktif untuk pembangunan bantaran sungai. Diharapkan usulan kita memberikan alternatif," ujarnya.

Sebab, cara pemerintah merelokasi warga misalnya ke Rusun Jatinegara Barat menurutnya tidak tepat. Cara itu dianggap tidak memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi warga. Rusun itu terlalu tinggi, dan mematikan lapangan kerja warga Kampung Pulo yang terbiasa dengan usaha rumahan.

"Aspek soasial ekonomi tidak pernah dihitung. Warga Kampung Pulo banyak menjadikan rumah sebagai sekor usaha. Jadi nanti lantai dasar Kampung Susun ini merupakan tempat usaha," ujar Sandyawan.

Dia berharap, pemda DKI mau menerima konsepnya. Apalagi, Joko Widodo semasa menjadi Gubernur DKI pernah sepakat dengan konsepnya. Belakangan, setelah tujuh bulan menjabat, ia menyebut ada perubahan kebijakan.

Namun, Sandyawan mengaku pernah bertemu dengan Jokowi di Istana untuk membicarakan hal ini. Jokowi, sebutnya, kembali menyetujui konsep tersebut.

"Tanggal 4 Juni itu saya sendiri ke Istana. Dan Pak Jokowi bilang, yang lama itu dilanjutkan," klaimnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com