Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Pelaku Kejahatan dengan Hipnotis Saat Mudik

Kompas.com - 16/07/2015, 11:03 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Polda Metro Jaya mencatat, sampai H-3 Lebaran, kasus pencurian saat mudik dengan pemberatan berjumlah 23 kasus, pencurian dengan kekerasan (curas) sebanyak satu kasus, dan pencurian kendaraan bermotor sebanyak 15 kasus.

Salah satu modus kejahatan jalanan yang terjadi saat mudik Lebaran, terutama di pusat keramaian, seperti terminal bus, stasiun, bandar udara, dan pelabuhan, adalah hipnotis. Hipnotis sendiri merupakan bagian dari modus kejahatan untuk melakukan pencurian.

"Hipnotis itu kan salah satu cara, salah satu modus aja," kata kriminolog Universitas Indonesia, Arthur Josias Simon, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (15/7/2015).

Terdapat beberapa tahap hipnotis, yakni mulai dari proses pendekatan atau biasa disebut dengan pre-introduction. Proses selanjutnya adalah induksi hipnosis, di antaranya dengan menepuk pundak, kemudian pelaku memerintah korban untuk tidur atau menatap mata pelaku.

Proses selanjutnya berupa deepening, yakni semacam pendalaman hipnotis, bisa berupa relaksasi, sehingga korban tidak sadar telah dihipnotis. Ketika sudah tidak sadar, pelaku memberikan sugesti kepada korban. Saat pemberian sugesti, pelaku akan meminta semua barang korban.

Proses terakhir berupa terminasi, yakni mengakhiri hipnotis. Korban diminta untuk melupakan semua kejadian saat itu. Lalu korban kembali tersadar dan seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Simon menyebutkan, ada dua modus hipnotis yang biasa dilakukan, yaitu dengan menatap mata dan menepuk seseorang.

Para pelaku hipnotis yang memakai cara menatap mata biasanya menyasar korban yang memiliki pandangan kosong. Para korban tidak sadar saat dirinya menatap mata pelaku hipnotis. Situasi dan kondisi yang cukup ramai juga dimanfaatkan pelaku dalam melancarkan aksinya sehingga proses tersebut secara tidak disadari seperti perbincangan biasa.

Sementara itu, pelaku yang menggunakan modus menepuk biasanya melakukannya dengan tiba-tiba. Para pelaku dengan cepat menepuk salah satu bagian tubuh dari korbannya. Bagian tubuh yang kerap kali ditepuk adalah pundak. Setelah ditepuk, korban biasanya tidak akan sadar bahwa dirinya telah dihipnotis.

Namun, Simon mengingatkan, tidak semua orang dengan ciri-ciri tersebut bermaksud melakukan kejahatan dengan cara hipnotis.

"Ada beberapa perilaku yang memang harus diwaspadai, misalnya beberapa kali terlihat menyentuh atau menatap kita. Itu yang mesti kita waspadai. Namun kalau hanya sepintas ya itu sih biasa ya," ungkap Simon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com