Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla Prediksi Go-Jek Kurangi 10 Persen Kemacetan Jakarta

Kompas.com - 13/08/2015, 22:11 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa perkembangan teknologi membawa manfaat tersendiri bagi pengelolaan kota. Ia mencontohkan bagaimana aplikasi Go-Jek memberikan kemudahan kepada warga untuk berpindah-pindah lokasi dari satu tempat ke tempat lainnya.

Di samping itu, Go-Jek bisa dimanfaatkan untuk layanan antar-jemput barang. Dengan demikian, Kalla memprediksi Go-Jek bisa mengurangi kemacetan, khususnya di Jakarta hingga 10 persen.

"Saya yakin teknologi bisa membawa manfaat, seperti di Jakarta. Saya perkirakan sebanyak 10 persen kemacetan di Jakarta bisa dikurangi dengan adanya Go-Jek," kata Kalla saat menghadiri penganugerahan Kota Cerdas 2015 di Jakarta, Kamis (13/8/2015) malam.

Penganugerahan Kota Cerdas ini diselenggarakan Harian Kompas bersama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Kalla juga menilai Go-Jek menguntungkan warga dari segi efisiensi waktu. Hanya dengan memesan melalui telepon genggam, masyarakat bisa memperoleh akses kendaraan hingga jasa layanan antar barang.

"Bayangkan jika tidak ada Go-Jek, orang bepergian dengan mobil, mengantar barang pakai mobil, dan lain lain. Sekarang bisa tinggal telepon saja, semua bisa berkurang dengan Go-Jek, dengan murah juga, kemacetan juga bisa diselesaikan dengan teknologi IT," tutur Kalla.

Bukan hanya itu, ia menilai Go-Jek bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Seiring makin dikenalnya Go-Jek di tengah masyarakat, makin banyak pula warga yang bergabung menjadi penarik ojek melalui aplikasi tersebut.

"Pasti seluruh kota akan menjalar seperti itu. Itu bagaimana meningkatkan lapangan kerja, kebutuhan bahan bakar, motor yang dicicilkan, itu semua teknologi pasti punya manfaat," ujar dia.

Fenomena Go-Jek ini menjadi contoh bagaimana perkembangan teknologi mempengaruhi kualitas hidup warga kota. Oleh karena itu, Kalla menilai penerapan teknologi sedianya menjadi salah satu ukuran dalam menentukan kota cerdas. Penerapan teknologi secara cerdas hanya bisa dilakukan jika pimpinan daerah tersebut juga memiliki kecerdasan.

"Karena tanpa kecerdasan pimpinannya tak akan memberi contoh bagi masyarakatnya. Teknologi dewasa ini khususnya TI tentu sudah kita pahami bahwa yang paling berkembang dalam sejarahnya itu terus 18 bulan berkembang dua kali lipat. Pemanfaatannya mudah, perencanaan, admnistrasi, pelaporan, dan lain-lain bisa digunakan melalui IT. Lebih cerdas lagi bahwa biaya overheat kota bisa lebih turun," kata Kalla.

Dalam acara ini, Kalla menyerahkan penghargaan Kota Cerdas 2015 terbaik kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Surabaya dinobatkan sebagai Best of the Best Kota Cerdas 2015 versi Kompas dan PGN. Surabaya juga memenangkan penghargaan Kota Cerdas 2015 kategori lingkungan.

Selain Surabaya, sejumlah kota lain memperoleh penghargaan Kota Cerdas. Untuk kategori sosial dimenangkan Madiun, kemudian kategori ekonomi diraih Kota Magelang.

Penghargaan juga diberikan kepada kota yang menempati urutan tertas Indeks Kota Cerdas Indonesia. Kota-kota itu adalah Magelang (kategori jumlah penduduk sampai dari 200 ribu), Yogyakarta (jumlah penduduk 200 hingga 1 juta), serta Surabaya (jumlah penduduk di atas 1 juta).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com