Pembunuhan Musyarafah dan Hayriantira, merupakan contoh dari dua kasus yang memiliki sisi lainnya. Dari motif, keduanya tampak dipicu oleh persoalan pertikaian dan berujung pembunuhan.
Kasus pembunuhan Musyarafah, misalnya, Bahrul Ulum, tersangka pembunuh mengaku kesal terus ditagih hutang oleh Musyarafah. Sehingga, Bahrul membunuh mantan TKW itu karena tak tahan ditagih utang.
Psikolog Forensik Reza Indragiri mengatakan bahwa ada dua faktor dominan di balik perilaku kekerasan. Keduanya, yakni instrumental dan emosional.
"Kekerasan emosional karena luapan emosi membara," kata Reza saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Tidak sedikit orang, lanjut Reza, seringkali menyepelekan hinaan. Mereka berpikir tidak mungkin orang menghina kemudian mendorong melakukan pembunuhan.
"Tapi kan permasalahannya kalo harga diri seseorang sudah diciderai, efeknya bisa lebih parah daripada cidera ke kulit. Itu yang sering disepelekan," kata Reza.
Pada Minggu 31 Mei 2015, Bahrul menyuruh Musyarafah untuk datang ke dekat empang di Balaraja, Tangerang. Setelah ditagih oleh Musyarafah, Bahrul pun langsung memukul rahang kanan Musyarafah hingga membuat tidak sadarkan diri.
Setelah itu Bahrul mencoba menghilangkan jejak Musyarafah dengan menenggelamkan korban yang dililit batu di kaki dan punggung ke empang. Musyarafah dinyatakan hilang sejak 31 Mei 2015.
Ia baru ditemukan pada 24 Juni 2015. Setelah ditelusuri, ternyata ia dibunuh oleh temannya, Bahrul Ulum, di sebuah empang di Balaraja, Kabupaten Tangerang, Minggu (31/5/2015), dengan cara dipukul dan ditenggelamkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.