JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian DKI Jakarta diperkirakan tetap tumbuh positif di tengah kecenderungan pelambatan ekonomi global dan sejumlah dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Pemerintah daerah diminta memacu belanja untuk menopang pertumbuhan ekonomi tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian DKI Jakarta tumbuh 5,15 persen pada triwulan II-2015 dibandingkan dengan triwulan II-2014. Pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi usaha, sementara dari sisi pengeluaran ditopang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2015 tercatat 2,46 persen lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan, antara lain, disumbang usaha jasa pendidikan dan belanja pemerintah dari sisi pengeluaran.
Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan Perbankan dan Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Irwan Hutasoit, Selasa (1/9), di Jakarta, berpendapat, meski cenderung melambat, ekonomi Jakarta tumbuh positif. Pertumbuhan diprediksi lebih besar dengan peningkatan angka penyerapan anggaran pada triwulan III dan IV tahun ini.
"Perlambatan (ekonomi) tak hanya menimpa Jakarta, tetapi seluruh dunia, termasuk sejumlah negara, seperti Singapura. Jakarta punya peluang mengembangkan usaha, terutama di sektor jasa," ujarnya.
Positif
Sejumlah data menunjukkan angka positif terkait situasi DKI Jakarta. Soal jumlah kunjungan wisatawan, misalnya, tercatat naik. Jumlah pengunjung asing pada Juli 2015 tercatat 179.825 orang, naik 0,18 persen daripada kunjungan wisatawan mancanegara Juni 2015 yang 179.499 orang serta naik 3,40 persen jika dibandingkan dengan Juli 2014.
Indikator lain, jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta pada Februari 2015 mencapai 5,55 juta orang, bertambah 359.150 orang daripada Februari 2014 sebesar 5,19 juta orang. Jumlah penduduk bekerja di Jakarta juga bertambah dari 4,68 juta orang pada Februari 2014 menjadi 5,08 juta orang pada Februari 2015.
Menurut Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta Hadi Broto, pihaknya belum menerima laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar terkait situasi ekonomi hingga akhir Agustus 2015.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta juga turun. Pada Februari 2015, TPT tercatat 8,36 persen, turun jika dibandingkan Februari 2014 yang mencapai 9,84 persen. Jumlah pencari kerja atau penganggur turun 46.540 orang, terhitung dari total 510.440 orang pada Februari 2014 menjadi 463.900 orang pada Februari 2015.
Akan tetapi, sejumlah elemen buruh menyuarakan kekhawatirannya dalam aksinya Selasa siang. Mereka meminta pemerintah mengantisipasi PHK massal yang bakal berdampak langsung pada menurunnya daya beli masyarakat.
Rapat pimpinan di Balai Kota Jakarta, Senin (31/8), antara lain menyoroti dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap daya beli masyarakat. Inflasi diprediksi lebih tinggi seiring naiknya harga barang kebutuhan. Kenaikan harga antara lain pada barang impor yang dipicu nilai tukar mata uang serta bahan pangan, seperti beras dan daging, akibat fenomena El Nino.
Terkait itu, pemerintah daerah didorong mempercepat penyerapan anggaran untuk menggerakkan ekonomi. Terlebih hingga awal September 2015, anggaran belanja Rp 63,6 triliun baru terserap Rp 12,5 triliun atau sekitar 19,7 persen.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta seluruh jajarannya tidak takut menggunakan anggaran sesuai APBD 2015. Namun, dia ingin anggaran benar-benar dibelanjakan untuk kepentingan publik. Polda Metro Jaya dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta sepakat membantu memaksimalkan penyerapan anggaran. (MKN)
________________________________________
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 September 2015, di halaman 26 dengan judul "Ekonomi DKI Tetap Tumbuh".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.