Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PHL Menteng Keluhkan Pemotongan Gaji untuk Alasan Tak Jelas

Kompas.com - 30/09/2015, 16:16 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa pegawai harian lepas (PHL) di kantor Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, mengeluh karena kerap mendapat potongan gaji tanpa alasan yang jelas. Gaji sebesar Rp 2.700.000 yang seharusnya menjadi hak setiap bulannya hanya bisa dibawa pulang sebesar Rp 1.700.000 hingga Rp 2.000.000.

"Suka kena potongan Rp 1.000.000, ada juga yang Rp 700.000. Enggak tentu. Enggak jelas juga buat apa," kata salah satu PHL berinisial MJN kepada Kompas.com, Rabu (30/9/2015).

Menurut dia, potongan itu biasa ditagih oleh beberapa pejabat di lingkungan Kecamatan Menteng.

Tak hanya gaji bulanan, MJN pun mengaku gaji ke-13-nya juga ikut ditagih. Namun, ia dan empat temannya yang menjadi korban mengaku takut bertanya mengenai alasan jelas pemotongan gaji mereka.

Mereka khawatir hal itu akan berdampak pada pekerjaan mereka. "Jadi setiap habis gajian selalu diingatkan oleh Sekretaris Camat atau Kasubag Keuangan di sana buat menyetor potongan gaji. Habis kami ambil gaji di Bank DKI tuh selalu ditagihin, 'Sudah setor belum?', gitu. Kami enggak tahu buat biaya apa, namanya orang kecil, kami manut aja," kata pria yang sudah belasan tahun menjadi PHL di Kecamatan Menteng itu.

Sudah hampir enam bulan hal itu terjadi padanya dan rekan-rekannya. MJN sebenarnya sempat melaporkan perihal pemotongan ini kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Ia melapor melalui pesan pendek kepada nomor ponsel Basuki. "Dua minggu lalu saya pernah lapor ke Pak Ahok via SMS. Kami ingin Pak Ahok tahu dan membantu kami," ujarnya.

Sementara itu, Camat Menteng Lilik Yulihandayani mengaku baru mengetahui kabar mengenai pemotongan gaji beberapa PHL di kecamatannya.

Sebab, selama ini tidak pernah ada laporan dari para PHL mengenai pemotongan tersebut. "Baru sekarang saya dengar soal ini. Selama ini sebetulnya tidak pernah bermasalah. Memang dulu pernah ada semacam arisan antar-mereka. Pada saya, mereka bilang ingin menabung lebih. Tetapi, itu antar-mereka saja, saya tidak ikut-ikut atau mewajibkan mereka," kata Lilik.

Lilik khawatir isu tersebut hanya bermuatan politis dan malah merugikan para PHL. Namun, ia menjanjikan akan menjamin tak ada pemotongan gaji terhadap para PHL.

"Saya takutnya ini cuma isu politik saja, nanti malah kasihan PHL-nya. Saya jamin hal itu tidak terjadi. Tetapi, kalau benar-benar ada, ya mari kita buktikan," ucap Lilik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com