Namun, ketenangan itu tidak pernah didapatkan sehingga beberapa pejabat DKI bahkan setingkat kepala dinas menyerah dan mundur dari jabatannya.
"Orang kan kerja butuh ketenangan dan butuh support dari atasan. Kalau itu semua tidak didapatkan ya mau gimana lagi? Paling bagus ya mundur, apalagi coba?" ujar Prabowo ketika dihubungi, Santu (4/14/2015).
Untuk kasus Tri Djoko Sri Margianto, mantan Kepala Dinas Tata Air yang baru saja mundur, Prabowo menilai Tri Djoko sebenarnya memiliki konsep sendiri dalam menata air. Namun, konsepnya berbeda dengan yang dipikirkan Basuki.
"Daripada berdebat terus, sebagai anak buah ya ngalah saja. Enggak mungkin melawan pimpinan kan," ujar Prabowo.
Saat ini, Basuki sedang menahan untuk mencopot jabatan para kepala dinas atas pertimbangan penyerapan anggaran dan penyusunan APBD 2016 yang belum selesai.
Prabowo curiga Basuki hanya menunggu hingga APBD selesai saja. Sehingga, pelaksana APBD 2016 nantinya berbeda dengan penyusun anggarannya.
"Begitu APBD ketok palu, mereka diganti. Artinya ketika ketok palu pelaksananya oleh orang lain. Dampaknya gini, kalau satu ide dari pikiran saya, lalu dikerjakan orang lain, apa yang ada di pikiran saya kan belum tentu sama dengan orang lain," ujar Prabowo.
Untuk diketahui, selama Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ada dua pejabat yang memilih mengundurkan diri.
Pertama, Haris Pindratno yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI. Kemudian Tri Djoko Sri Margianto dari jabatan Kepala Dinas Tata Air DKI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.