Julukan tersebut telah mewarnai persaingan dua pria asal Belitung itu untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta pada Pilkada DKI 2017 nanti. Julukan untuk Yusril itu diberikan Ahok dan julukan untuk Ahok diberikan Yusril.
Sebutan "orang hebat" yang diberikan Ahok sebenarnya bernada sindiran. Ahok mengacu pada pengalaman Yusril dalam mengikuti berbagai pemilu dan pengalaman Yusril yang lolos dari jerat hukum.
Tahun 2010, Yusril yang merupakan mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia menjadi tersangka kasus biaya akses sistem administrasi badan hukum (sisminbakum). Yusril pernah akan ditangkap karena mangkir memenuhi panggilan Kejaksaan Agung.
Namun, dari tiga sengketa antara Yusril dan kejaksaan di pengadilan, semuanya dimenangi oleh Yusril.
"Orang lain kalau ditangkap jaksa sudah ketangkap, beliau (Yusril) bisa kabur. Oke kan? Berarti ini orang hebat kan dan orang hebat saya harap bisa nyalon (gubernur)," kata Ahok.
Menanggapi pernyataan Ahok, Yusril pun tak mau kalah. Ia menjuluki Ahok sebagai "orang sakti" yang sulit dikalahkan oleh "orang hebat" biasa.
Menurut Yusril, orang hebat perlu menunjukkan kehebatannya melalui cara dia menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Namun, orang sakti, kata dia, tidak perlu melakukan sesuatu untuk menunjukkan kehebatannya.
"Kalau orang sakti, enggak perlu berbuat apa-apa. Duduk-duduk saja, tenang-tenang saja, karena dia kebal atas segala hal, ya dia selamat, dia escape tanpa berbuat apa pun. Nah, itulah Pak Ahok," kata Yusril. (Baca: Yusril: Berat kalau Orang Hebat Melawan Orang Sakti.)
Diwaspadai Ahok
Balas-balasan sebutan "orang sakti" dan "orang hebat" itu pun berlanjut. Masih dengan nada sindiran, Ahok mengamini semua yang diucapkan Yusril.
"Amin. Pak Yusril harus sadar, orang sakti pasti mengalahkan orang hebat," kata Ahok di Jakarta Theater, Jumat (4/3/2016) malam. (Lihat, Pak Yusril Harus Sadar, Orang Sakti Pasti Kalahkan Orang Hebat)
Ahok sebenarnya telah menjadikan Yusril sebagai calon lawannya yang paling harus diwaspadainya, khususnya setelah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyatakan tidak akan maju dalam Pilkada DKI tahun depan.
"Semua (bakal calon gubernur) beratlah ya, saya kira. Apalagi Pak Yusril lebih berat, bekas capres, lebih berat Pak Yusril-lah," kata Ahok.
Untuk mempersiapkan diri melawan Ahok, Yusril sedang berupaya untuk bertemu dengan pimpinan partai politik. Dia sudah bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada akhir Februari lalu.
Setelah itu, Yusril berniat mendekati Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.
Meski pendaftaran calon gubernur DKI Jakarta di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta belum dibuka, persaingan di antara keduanya sudah terasa.
Kendaraan politik Yusril belum jelas. Belum ada kepastian apakah ia akan maju lewat dukungan partai atau melalui jalur independen.
Ahok pun demikian, ia belum melakukan deklarasi untuk maju lewat jalur independen walau telah punya lebih dari 700.000 KTP yang dikumpulkan oleh Teman Ahok. Partai Nasdem telah menyatakan akan mendukung Ahok. PDI-P, kata Ahok, siap mendukung tetapi mengajukan syarat, yaitu dia harus melepaskan dukungan Teman Ahok. (Baca: Ahok: Kalau Cari Enak, Saya Masuk PDI-P sejak Dulu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.