JAKARTA, KOMPAS.com — Hari ini pertama berlakunya keputusan pemerintah untuk menurunkan tarif angkutan umum. Namun, para sopir angkutan mengaku penumpang malah kelewat menurunkan harga.
Salah satunya diungkapkan Siregar (45), sopir mikrolet M16 jurusan Pasar Minggu-Kampung Melayu. Siregar yang menarik mikrolet pagi ini justru mengaku rugi.
"Saya tadi pagi penumpang dari mester (Balimester) ke Cawang cuma bayar Rp 2.000, ada juga dari Kampung Melayu ke Cawang Rp 2.000 juga, malah turunin sendiri," kata Siregar di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Sabtu (2/4/2016).
Menurut dia, meski kasus itu terjadi pada penumpang jarak dekat, tarif normal jarak dekat yang sudah ditentukan angkutan ialah Rp 4.000. Menurut dia, penumpang memanfaatkan kesempatan ini.
"Saya sudah panggil, 'Bu kurang Bu', tetapi dia malah jalan saja terus pura-pura tuli," ujar Siregar.
Sopir mikrolet 01 Kampung Melayu-Senen, Igon Lubis (35), juga mengungkapkan hal senada. Igon mengeluh karena penumpang menurunkan harga lebih banyak dari yang ditetapkan pemerintah.
"Normalnya kan Rp 5.000, tetapi ini ada yang bayar Rp 4.500, Rp 4.000," ujar Igon.
Menurut dia, lebih baik tidak usah ada penurunan tarif. Ia pun mengaku kebijakan ini tak efektif bagi sopir mikrolet.
"Turunnya kan Rp 200 perak, Rp 500 perak juga enggak ada guna, gimana bayar kembalinya," ujar Igon.
Namun, Igon mengaku kalau penumpang mengikuti membayar tarif sesuai yang ditetapkan pemerintah, misalnya menurunkan Rp 200 perak, ia tetap menerima.
"Kalau pemerintah mana bisa dilawan sih," ujar Igon.
Kepala Terminal Kampung Melayu A Fajar mengakui, ini jadi keluhan pengemudi angkutan di terminal itu pada hari pertama diterapkannya penurunan tarif ini.
"Kawan-kawan di lapangan malah bilang penumpang nurunin sendiri," ujar Fajar.
Fajar mengatakan, masih meninjau pelaksanaan penerapan penurunan tarif. Pihaknya juga masih menunggu Organda memberi stiker resmi mengenai ketentuan tarif.
"Kita nunggu Organda biasanya bikin stiker tarif yang dipasang di pintu," ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah mengaku sudah berkonsultasi dengan Organisasi Angkutan Darat.
Dari hasil pertemuan tersebut, Andri menyebut besaran penurunan tarif angkutan umum pasca-diturunkannya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar hanya 3 persen.
Menurut Andri, jika dikonversi, besaran tersebut hanya setara Rp 200. Saat ini, tarif angkutan umum reguler di Jakarta diketahui Rp 4.000. Atas dasar itu, Andri memutuskan tidak akan ada penurunan tarif angkutan umum di Jakarta.
Andri menilai besaran penurunan tarif yang hanya Rp 200 tidak ideal jika mengacu ke kondisi lapangan.