JAKARTA, KOMPAS.com - Eks warga Kampung Bayam kini telah menempati hunian sementara (Huntara) yang terletak di Jalan Tongkol, Pademangan, Ancol, Jakarta Utara.
Mereka bermukim di rumah semi permanen itu sembari menunggu rumah susun baru yang dijanjikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sejak pindah dari Kampung Susun Bayam (KSB) akhir Mei 2024 lalu, awalnya jumlah warga yang menempati huntara itu yakni 50 Kepala Keluarga (KK).
Tetapi, 15 KK memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan di luar huntara. Otomatis, kini tinggal 35 KK yang menempati huntara.
Baca juga: Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi
Saat Kompas.com bertandang ke huntara, Sabtu (15/6/2024) siang, kondisinya cukup tertata rapi meskipun bangunan terbuat dari paduan bata ringan dan kayu triplek.
Rumah-rumah di sana saling berhadapan dan dipisahkan jalan setapak berbahan semen selebar tiga meter.
Perabotan seperti kursi dan meja diletakkan rapi di depan rumah atau di tepi jalan setapak. Demikian pula barang-barang lain seperti tandon air, sepeda motor, dan sisa bahan bangunan.
Lampu di beberapa rumah tampak menyala meski hari masih siang. Suara air keran yang mengucur ke ember dari salah satu kamar mandi terdengar dari jalan setapak.
Baca juga: Datangi Warga Eks Kampung Bayam di Huntara, Jakpro Janjikan Pekerjaan di JIS
"Di sini setiap rumah sudah ada listrik dan air. Kamar mandinya tersedia di setiap rumah," ungkap salah seorang warga bernama Daud (71) saat berbincang dengan Kompas.com.
Di awal jalan setapak itu, terdapat pula balai warga. Tempat itu biasa digunakan warga untuk berinteraksi satu sama lain usai bekerja.
Balai warga juga digunakan warga untuk mendiskusikan kebijakan Pemprov DKI Jakarta. Oleh sebab itu, sebagai pengingat, terpampang penjelasan sejarah Kampung Bayam Madani beserta konflik lahan yang menyertai mereka.
Di lingkungan huntara, warga tidak lagi dapat bertani seperti saat di Kampung Bayam. Hanya ada satu lahan kecil untuk hidroponik ditempel di dinding ketika masuk ke dalam huntara.
Mayoritas warga terpaksa bekerja di sektor informal untuk dapat memenuhi penghidupan mereka.
Baca juga: Enggan Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam: Jauh dan Tak Ada Lahan Pertanian
“Kita bertahan dengan posisi masing-masing. Ada yang bisa ke proyek, ada yang kuli nyuci, nyupir, ikut bengkel. Yang enggak ada ngeluarin modal,” ujar Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Furqon.
Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan sempat menyayangkan sikap Pemprov DKI Jakarta terhadap warga Kampung Bayam yang tidak kunjung mendapatkan kepastian hunian mereka.
"Sebetulnya kan waktu itu kuncinya sudah diberikan, ini kan tinggal penuntasannya aja, bangunannya sudah ada dan mereka berasal dari sana," ujar Anies.
Anies juga menyinggung sikap Pemprov DKI Jakarta yang dianggap tidak pro terhadap masyarakat kecil.
"Justru jadi pertanyaan kenapa mereka harus terlunta-lunta selama satu setengah tahun? Menurut saya ini langkah yang jauh dari bijak," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.