Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa Turunkan Ahok dari Tahun ke Tahun..

Kompas.com - 03/05/2016, 07:42 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Unjuk rasa dengan agenda menurunkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bukan terjadi sekali. Sejak Ahok menjabat sebagai gubernur pada 2014 silam, unjuk rasa menurunkan dirinya digalakkan sejumlah organisasi agama, salah satunya Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ).

Pada akhir 2014 silam, GMJ melakukan aksi unjuk rasa untuk menurunkan Ahok. Dalam aksi itu juga ada gubernur tandingan, Fachrurozi.

Dalam aksi, massa menginginkan agar Ahok turun dari jabatannya dan diganti dengan Fahrurozi.

Berganti tahun, tepatnya pada April 2015, massa dari organisasi masyarakat berunjuk rasa menolak kebijakan Ahok telah menggusur paksa rumah para warga di Kali Apuran, Cengkareng, Jakarta Barat. Aksi unjuk rasa itu di Istana Negara. Agenda itu pun masih sama yakni untuk menurunkan Ahok. (Baca: Ingin Turunkan Ahok, GMJ Klaim Bawa 100.000 Orang)

Pada bulan Juni 2015, GMJ dan FPI kembali mengadakan aksi unjuk rasa menurunkan Ahok. Menurut demostran, DPRD DKI Jakarta tidak melanjutkan hak angket yang terhadap Ahok. Padahal hak angket itu sudah dapat dilihat hasilnya, yakni Ahok disebut melanggar undang-undang karena menyerahkan APBD DKI 2015 yang bukan hasil pembahasan dengan DPRD ke Kementerian Dalam Negeri.

Berganti pada tahun 2016, unjuk rasa mulai mengagendakan hal lain dalam aksinya. Massa meminta Ahok ditangkap karena sudah melanggar hukum. Misalnya pada aksi unjuk rasa dari ormas agama pada April 2016 lalu di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (Baca: Jika Aspirasinya Tak Diakomodasi, Massa GMJ Ancam Duduki Balai Kota DKI)

Dalam orasinya, massa menuntut KPK menetapkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai tersangka kasus jual beli lahan RS Sumber Waras dan korupsi Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Hari ini, Selasa (3/5/2016), rencananya juga akan diadakan aksi Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU) di Balai Kota dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Aksi itu gabungan dari berbagai masyarakat Jakarta Utara dan korban penggusuran Ahok.

Rencananya aksi itu akan diikuti oleh 10 ribu orang. Aksi itu menentang kebijakan Ahok dalam penggusuran di Jakarta Utara. Koordinator Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU) wilayah Koja, Endi, aksi ini merupakan langkah awal mementang kebijakan Ahok di Jakarta Utara. Kebijakan yang paling dinilai menyengsarakan adalah penggusuran.

Aksi ini juga disebut-sebut lantaran mundurnya Rustam Effendi dari jabatan wali kota Jakarta Utara. "Ini baru aksi awal. Ini aksi solidaritas gerakan awal karena mundur Wali Kota," kata Endi di Jakarta, Senin (2/5/2016).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com