Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Tuding soal Bentrok di Dadap

Kompas.com - 12/05/2016, 08:54 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bentrok fisik antara warga Dadap, Tanggerang, Banteng, dengan personel keamanan setempat yang terjadi pada Selasa (10/5/2016) menjadi puncak kemarahan warga setelah berkali-kali mereka perang dingin dengan pemerintahnya.

Pada hari itu, Pemkab Tangerang yang ingin menurunkan surat peringan kedua (SP-2) terkait renacana penggusuran di kawasan itu, turut menggandeng aparat kepolisian dan TNI sebagai pengamanan. Warga yang emosi, membarikade jalur masuk permukiman mereka dan menyerang aparat keamanan.

"Kami terpancing emosi, karena kami diintimidasi," kata Ijul, perwakilan warga Dadap saat mengadu ke Komnas HAM, Rabu (11/5/2016).

Ijul menuturkan, konflik bermula saat Pemkab mengundang warga untuk sosialisasi pada 14 Maret 2016. Ia ingat saat masuk ke dalam ruangan rapat ada 550 anggota TNI dan Polri yang berdiri menjaga mereka.

"Kami digeledah seperti teroris," katanya.

Dalam pertemuan itu, warga kecewa karena undangan berbunyi bahwa sosialisasi itu terkait dengan penertiban lokalisasi prostitusi Dadap Ceng In. Namun saat rapat, justru pemerintah menyampaikan penertiban akan dilakukan di kampung mereka, yang sebagian adalah nelayan setempat.

Warga yang merasa keberatan tidak dapat menyampaikan aspirasi karena tidak diberi kesempatan berbicara oleh Sekda selaku pemimpin rapat.

"Karena ada warga yang menyampaikan aspirasi, langsung dipotong sama Pak Bupati," ucapnya.

Seminggu kemudian, Ijul mengaku warga kembali didatangi petugas dari Pemkab untuk mendata dan menandai rumah mereka. Petugas dikawal aparat gabungan dari polisi, tentara, dan Satpol PP.

"Enam orang warga kami yang sudah renta meninggal karena ketakutan," ujar Ijul.

Semenjak itu, Ijul mengaku warganya tak bisa tidur nyenyak. Pasalnya, aparat keamanan kerap berpatroli di permukiman mereka. Bahkan intel dan Babinsa disebut sering hadir dalam pertemuan warga.

Warga juga merasa dibohongi saat tahu Bupati Kabupaten Tangerang,  Ahmed Zaki Iskandar, dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus dugaan suap anggota DPRD DKI Jakarta terkait proyek reklamasi, pada 22 April. Warga menduga, penertiban terhadap mereka ada kaitannya dengan reklamasi para pengembang.

Ijul juga mengaku, warga sakit hati kepada Bupati. Ia mendengar Zaki mengatakan bahwa warga Dadap makan uang haram dari prostitusi.

"Kami sangat mendukung program pemerintah yang ingin menghapus prostitusi. Itu kan penyakit sosial, pasti kami dukung, tapi kenapa warga yang baik-baik yang digusur?" kata Ijul.

Bupati Membantah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com