Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan di GBK Versi Suporter Persija Dibantah Polisi

Kompas.com - 18/05/2016, 10:47 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak kepolisian saat ini masih mengusut penyebab kematian Muhammad Fahreza (16), suporter Persija yang diduga tewas akibat dipukuli polisi. Polda Metro Jaya sudah menyaksikan rekaman kamera pemantau atau closed circuit television (CCTV), yang terdapat pada Pintu 2 Stadion Utama Gelora Bung Karno, untuk menyelidiki laporan dari para saksi.

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono, rekaman kamera CCTV tersebut tidak menunjukkan adanya kerusuhan. Rekaman hanya menunjukkan Reza berjalan sempoyongan dan akhirnya terjatuh di lokasi kejadian.

"Di CCTV kelihatan dia sempoyongan sampai terjatuh di dekat Pintu 2 itu. Di CCTV itu juga tak terlihat kerusuhannya," kata Awi, Selasa (17/5/2016).

Sementara itu, Mahmudah (17), salah satu saksi mata yang menolong Fahreza, mengatakan bahwa terjadi kerusuhan. Suporter perempuan dari "Jak School Satoe Bekasi" ini tidak mengenal Fahreza sama sekali. Ia datang bersama 15 orang rombongannya dan melihat kerusuhan terjadi di Pintu 12.

"Pas kita masuk ke gerbang saat itu ada rusuh dan dia (Fahreza) kena polisi ngamuk. Lalu tersungkur dan saya bawa ke pintu gerbang. Dia sempat linglung gitu lupa sama namanya beberapa saat. Lalu, dia ingat namanya Reza," kata Mahmudah saat dihubungi, Minggu (15/5/2016).

Fahreza, kata Mahmudah, kemudian mengeluarkan telepon selulernya. Mahmudah pun mengambilnya dan menelepon kerabatnya.

"Saya hubungin ke nomor temannya. Saya suruh temannya ke GBK. Saya bilang ini Reza dipukulin polisi di Pintu 12. Lalu, saya masuk ke dalam menonton pertandingan karena sudah ada beberapa teman saya dari Bekasi yang nungguin," ujar Mahmudah.

Mahmudah tidak melihat saat polisi memukul Fahreza. Menurut dia, polisi itu berjaga di Pintu 12 dan memukuli para penonton yang memaksa masuk tetapi tidak memiliki tiket.

Pintu 12 dengan Pintu 2 hanya berjarak beberapa meter. Kedua pintu itu hanya dipisahkan oleh satu pintu, yaitu Pintu 1. Fahreza waktu itu terpisah dengan kakaknya, Suyatna, yang sedang membeli tiket di calo di sektor VIII atau Pintu 4.

Setelah beberapa waktu, Suyatna menerima kabar bahwa adiknya sudah berada di ambulans di sektor II.

Kompas TV Suporter Persija Tewas Diduga Dianiaya Polisi?


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com